MAKALAH
A.
PENGERTIAN AMTSALUL QUR’AN
Secara etimologi amtsal menurut
Ibn Al-Farits berarti persamaan dan perbandingan antara sesuatu yang satu dengan sesuatu yang
lain. Sedangkan menurut Al-Asfahani amtsal berasal dari kata
al-mutsul berarti mengungkapkan perumpamaan.[1]
Amtsal secara istilah
(terminology) dirumuskan oleh para ulama dengan redaksi yang berbeda-beda.
1.
Menurut Rasyid Ridha
Amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk memberi
kesan dan menggerakkan hati nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akanmenyentuhlubukhati
yang paling dalam.
2.
Menurut Ibn Qayim
“Menyerupakan
sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukumnya mendekatkan sesuatu yang
abstrak dengan sesuatu yang konkret, atau salah satu dari keduanya dengan lainnya.
3.
Menurut
Muhammad Bakar Ismail
Amtsal
Al-Qur’an adalah mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang konkret, atau salah
satu dari keduanya dengan yang lainnya.[2]
Amtsal Al-Qur’an adalah salah
satu cara Al-Qur’an menyampaikan pesan. Amtsal adalah bentuk jamak dari
kata matsal yang mempunyai banyak arti, antara lain, keserupaan,
keseimbangan, kadarsesuatu, yang menakjubkan/mengherankan, dan pelajaran yang
dapat dipetik, di samping berarti peribahasa. Dalam banyak ayat
al-Qur’an, kata matsal digunakan dalam arti sifat atau keadaan yang
menakjubkan atau mengherankan, disamping itu ia tidak jarang juga digunakan
dalam arti keserupaan.
Ada perbedaan antara matsal
dan mitsil. Mitsil adalah kesamaan, sedang matsal adalah keserupaan. Firman
Allah:
مَّثَلُ
ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ فِيهَآ أَنۡهَٰرٞ مِّن مَّآءٍ غَيۡرِ
ءَاسِنٖ وَأَنۡهَٰرٞ مِّن لَّبَنٖ لَّمۡ يَتَغَيَّرۡ طَعۡمُهُ…
“Keserupaan surga
yang dijanjikan untuk
orang-orang yang bertakwa, (sungguh sangat menakjubkan),
di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak pernah berubah, ada juga sungai yang merupakan susu yang rasanya tidak rusak.
(QS:
Muhammad:15)
Ayat ini melukiskan betapa menakjubkan surga sekaligus menggaris bawahi bahwa
yang dilukiskan di sini bukan persamaan,
tetapi sekedar matsal keserupaan,
yakni hakikat surga dan
kenikmatannya tidak sama dengan apa yang terlukiskan dengan kata-kata ayat ini,
ia hanya serupa.
Tidak jarang
ulama, karena sangat terpengaruh dengan bahasan susastra, menguraikan tentang matsal
dalam arti serupa dengan bahasan sastrawan tentang
matsal dalam arti peribahasa.
Karena itu, mereka membagi amtsal Al--Qur’an menjadi:
1. Kalimat-kalimat singkat dalam Al-Qur’an
yang maknanya serupa dengan peribahasa yang digunakan oleh masyarakat, seperti:
خَيْرُالْاُمُورِ
الْوَسْط
“Sebaik-baik hal adalah
yang ditengah/moderinisasi”
Nah firmannya:
لاَفاَرِضٌ
وَلاَبِكْرٌعَوَانٌ بَيْنَ ذٰلِك
“Sapi betina itu´tidak tua dan tidak
juga muda (tapi) pertengahan antara itu.”
2. Kalimat-kalimat singkat al-Qur’an atau
penggalan ayat yang kemudian menjadi peribahasa, kendati tidak ada padanannya
dalam literatur atau penggunaan masyarakat, namun karena ia sering terucapkan
atau terdengar, singkat, indah dan mengandung makna yang dalam, maka lama
kelamaan ia menjadi peribahasa. Seperti firmannya:
… جِئۡتَ عَلَىٰ قَدَرٖ يَٰمُوسَىٰ ٤٠
“Engkau datang atas takdir (Allah) wahai musa” QS. Thahaa:40
Penggalan ayat
ini diucapkan sebagai peribahasa saat kehadiran seseorang yang tidak terduga.
Orang itu disambut sedemikian rupa karena ia memiliki kaitan dengan apa yang
sedang dibicarakan atau dihadapi oleh yang menyambutnya.[3]
B.
Macam-Macam
Amtsalul Qur’an
Ahli balaghah
mensyaratkan bahwa tamsil itu hrus memenuhi beberapa ketentuan yaitu: bentuk
kalimatnya ringkas, isi maknanya mengena dengan tepat, perumpamaannya baik dan sampiran
atau mengena dengan tepat, perumpamaannya baik dan sampiran atau kinayahnya
harus indah. Adapun rukun amtsal ada empat yaitu:
1. Wajhu Syabbah
Yaitu pengertian
yang bersama-sama yang ada pada musyabbah dan musyabbah bih.
2. Alat Tasybih
Yaitu semua
lafadz yang menunjukkan makna penyerupaan seperti kata mitsil dan kaf.
3. Musyabbah
Yaitu sesuatu
yang diserupakan (menyerupai) musyabbah bih.Musyabbah bih
Yaitu sesuatu
yang diserupai oleh musyabbah.
Sebagai contoh, seperti
pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 261 :
مَّثَلُ
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ
يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١
261.Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261).
Adapun wajhu Syabbah yang terdapat pada ayat di atas adalah
pertumbuhan yang berlipat-lipat, tasybihnya adalah kata matsal.
Musyabbahnya adalah infak atau sedekah di jalan Allah swt sedangkan musyabbah
bihnya adalah benih.[4]
C. Jenis-jenis Amtsal Alquran
Menurut Mannâ Khalîl
al-Qattân amtsal Alquran dapat
dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Amtsal Musharrahah
Amtsal
Musharrahah ini adalah amtsal yang jelas,
yaitu amtsal tersebut dengan jelas menggunakan kata-kata perumpamaan
atau kata penyerupaan (tasybih).[5]
Seperti pada surah Al-Baqarah ayat 17-19 di bawah ini :
مَثَلُهُمۡ
كَمَثَلِ ٱلَّذِي ٱسۡتَوۡقَدَ نَارٗا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ
بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِي ظُلُمَٰتٖ لَّا يُبۡصِرُونَ ١٧ صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡيٞ
فَهُمۡ لَا يَرۡجِعُونَ ١٨ أَوۡ كَصَيِّبٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فِيهِ ظُلُمَٰتٞ
وَرَعۡدٞ وَبَرۡقٞ يَجۡعَلُونَ أَصَٰبِعَهُمۡ فِيٓ ءَاذَانِهِم مِّنَ ٱلصَّوَٰعِقِ
حَذَرَ ٱلۡمَوۡتِۚ وَٱللَّهُ مُحِيطُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ ١٩
17.
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka
setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
18.
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan
yang benar),
19.
Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai
gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya,
karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati, dan Allah meliputi
orang-orang yang kafir. (QS.Al-Baqarah : 17-19)
Pada contoh di
atas terlihat dengan jelas kata-kata yang menunjukkan perumpamaan dan
penyerupaan yaitu pada kata matsaluhum dan aw kashayyibin. Contoh
di atas juga memperlihatkan dua
perumpamaan bagi orang yang munafik. Pertama, seperti orang yang
menyalakan api karena di dalam api terdapat unsur cahaya. Kedua, seperti
orang-orang yang ditimpa hujan dari langit, karena di dalamnya terkandung unsur
kehidupan.[6]
Perumpamaan
pertama menggambarkan bahwa orang-orang munafik tak ubahnya seperti orang yang
menyalakan api dengan cara memasuki agama Islam secara formalitas, tetapi
keislamannya tidak berpengaruh apa-apa terhadap hatinya sehingga Allah swt pun
menghilangkan cahaya yang telah dinyalakan mereka dan tetap membiarkan apinya
terus menyala.
Adapun
perumpamaan kedua menggambarkan bahwa orang-orang munafik seperti orang yang
ditimpa hujan diiringi dengan gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menutup
kedua telinganya karena takut terkena sambaran petir. Perintah-perintah dan
larangan-larangan Alquran yang turun kepada mereka tak ubahnya pula seperti
petir bagi kebenaran dan kebatilan, namun mereka tetap mengindahkannya.
2. Amtsal Kaminah
Amtsal Kaminah
ini adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil
(permisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik,
mempesona dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa
dengannya.[7]
Seperti pada contoh di bawah ini :
a. Ayat-ayat yang senada dengan ungkapan
“Sebaik-baik perbuatan ialah yang pertengahan [8]“.
Ini seperti pada firman Allah dalam surah Al-Isra ayat 29, yang ayat tersebut
adalah :
وَلَا
تَجۡعَلۡ يَدَكَ مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ
فَتَقۡعُدَ مَلُومٗا مَّحۡسُورًا ٢٩
29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu
kamu menjadi tercela dan menyesal.(QS.Al-Isra :29)
b. Ayat-ayat yang senada dengan ungkapan
“Sebagaimana kamu telah menghutangkan, maka kamu akan dibayar[9] “.
Ini seperti pada firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 123, yang ayat tersebut
adalah :
… مَن يَعۡمَلۡ سُوٓءٗا يُجۡزَ بِهِۦ وَلَا
يَجِدۡ لَهُۥ …
123...Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu
...(QS. An-Nisa : 123)
c. Ayat-ayat
yang senada dengan ungkapan “Dalam aktivitas terdapat kebaikan[10]”.
Ini seperti pada firman Allah swt dalam surah An-Nisa ayat 100, yang ayat
tersebut adalah :
۞وَمَن يُهَاجِرۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ
مُرَٰغَمٗا كَثِيرٗا وَسَعَةٗۚ …
100.
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka
bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.(QS. An-Nisa :100)
d. Ayat-ayat yang senada dengan ungkapan
“ Bobot sebuah berita berbeda dengan menyaksikannya sendiri[11]”.
Ini seperti pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 260, yang ayat tersebut
adalah :
وَإِذۡ
قَالَ إِبۡرَٰهِۧمُ رَبِّ أَرِنِي كَيۡفَ تُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰۖ قَالَ أَوَ لَمۡ
تُؤۡمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطۡمَئِنَّ قَلۡبِيۖ …
260. Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim
berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu
?" Ibrahim menjawab: "Aku Telah meyakinkannya, akan tetapi agar
hatiku tetap mantap (dengan imanku)...(QS. Al-Baqarah : 260).
3. Amtsal Mursalah
Amtsal Mursalah
ini adalah amtsal yang di dalamnya berupa kalimat-kalimat Alquran yang
disebut secara lepas tanpa ditegaskan redaksi penyerupaan, tetapi dapat
digunakan untuk penyerupaan.[12]
Seperti pada contoh di bawah ini :
a. Dalam surah Al-Baqarah ayat 216
:
… وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ …
216....Dan
boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu...(QS.
Al-Baqarah :216)
b.
Dalam surah Al-Hajj ayat 73 :
… ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلۡمَطۡلُوبُ ٧٣
73...Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah (QS. Al-Hajj :
73)
c.
Dalam surah Al-Maidah ayat 100
:
… لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡخَبِيثُ وَٱلطَّيِّبُ …
100..."Tidak
sama yang buruk dengan yang baik, (QS.Al-Maidah : 100)
D. Tujuan Amtsalul Qur’an
Diantara tujuan dibuatnya perumpamaan atau tamsil dalam Al-Qur’an agar
manusia mau melakukan ujian yang berkaitan dengan ekosistem, ekologi,
astronomi, dan anatomi, teologi, biologi, sosiologi dan ilmu-ilmu lain termasuk
untuk mengambil pelajaran dari kejadian yang di alami oleh umat-umat yang
lampau. Semua ini adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah setelah melihat
keagungan dan kekuasaanya.
Untuk melakukan kajian terhadap suatu masalah, orang harus berakal dan berpengatahuan.
Dengan sendirinya orang yang dungu dan tidak berilmu, tidak mungkin memahami tamsil
yang disajikan Al-Qur’an, apalagi sampai melakukan kajian, jelas tidak mungkin.
Oleh karena itu, orang yang bisa memahami makna yang tersirat maupun yang
tersurat di dalam tamsil Al-Qur’an, hanyalah orang-orang yang berilmu dan orang
mau menggunakan nalarnya, seperti disebutkan oleh
Alquran dalam surah Al-ankabut ayat 43 :
وَتِلۡكَ
ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِۖ وَمَا يَعۡقِلُهَآ إِلَّا ٱلۡعَٰلِمُونَ ٤٣
43. Dan
perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu.(QS. Al-Ankabut : 43)
Adapun yang dimaksud dengan
“memahami” pada ayat di atas adalah mengetahui tentang faedah dan pelajaran
yang bisa diambil dari tamsil yang disajikan oleh Alquran tersebut, dan
ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang berilmu.[13]
F. Anjuran untuk Memperhatikan
Perumpamaan
Alquran telah
menyerukan kepada umat manusia untuk memperhatikan tamsil-tamsil, sebab
dari situlah akan ditemukan suatu kebenaran yang hakiki mengenai kekuasaan
Allah swt, yang maha pencipta lagi maha kuasa atas segala sesuatu. Di samping
itu, tamsil juga sebagai sarana untuk menginterpretasikan permasalahan
atau peristiwa yang belum dipahami oleh umat manusia.
Tidak sedikit
orang yang salah jalan menjadi sadar setelah memperhatikan ayat-ayat tamsil.
Karena di dalam ayat tersebut banyak di dapatkan pelajaran yang sangat
berharga, terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan keimanan. Di
dalam ayat-ayat tamsil juga dapat ditemukan berbagai karakter umat manusia
dalam memperhatikan ideologi masing-masing. Dari sini nantinya dapat kita
ketahui konsekuensi orang-orang yang menolak ideologi tauhid. Mereka
dianalogikan oleh Alquran seperti binatang. Dan banyak lagi hal-hal yang
menarik yang perlu dipelajari dari ayat-ayat tamsil. Oleh karena itu, Alquran
menyerukan kepada manusia untuk memperhatikan dan mendengarkan ayat-ayat tamsil.[14]
Sebagaimana ayat yang disebutkan dalam surah Al-Hajj ayat 73 :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٞ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ…
73. Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka
dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.(QS. Al-Hajj :73)
Apabila seseorang mau memperhatikan dengan seksama terhadap
perumpamaan-perumpamaan (tamsil) yang ada, maka keimanannya akan teguh.
Sebab di sana ia dapat menjumpai hal-hal yang belum diketahui sebelumnya
sebagai manifestasi atas kekuasaan Allah Swt.
Meskipun demikian, adalah orang-orang kafir dan orang-orang fasik yang memang
telah sesat jalan hidupnya, hati dan akalnya, telah dikunci mati oleh Allah
swt, mereka tidak bisa memahami sedikit pun tamsil-tamsil yang disajikan
oleh Al-Quran.
G.
Manfaat Amtsal Alquran
Mannâ Khalîl
al-Qattân menjelaskan bahwa di antara manfaat amtsal Alquran adalah :
a.
Menampilkan
sesuatu yang abstrak (yang hanya ada dalam pikiran) ke dalam sesuatu
yang konkret-material yang dapat di indera manusia.[15]
Ini seperti pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 264 :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي
يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ
فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ
صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا
يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٦٤
264. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir.(QS. Al-Baqarah : 264)
b. Membuat si pelaku amtsal menjadi senang dan
bersemangat dalam beramal,[16]
ini seperti pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 261 :
مَّثَلُ
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ
يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١
261.Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allahadalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS.
Al-Baqarah :261)
c. Menjauhkan seseorang dari sesuatu yang dibenci oleh
jiwa manusia itu sendiri.[17]
Ini seperti pada surah Al-Hujurat ayat 12 :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ
إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ
إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢
12.Dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Hujurat : 12).
d.
Menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak nampak
seakan-akan sesuatu yang nampak.[18] Ini
seperti pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 275 :
ٱلَّذِينَ
يَأۡكُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِي
يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ …
275.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila (QS. Al-Baqarah : 275).
e. Menghimpun
arti yang indah dalam ungkapan yang singkat sebagaimana terlihat dalam kaminah
dan mursalah.[19]
H. Contoh-Contoh
Amtsal dalam Al-Qur’an
Berikut ini adalah contoh amtsal Al-Qur’an:
1. Perumpamaan tentang orang
kafir
وَمَثَلُ
ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ كَمَثَلِ ٱلَّذِي يَنۡعِقُ بِمَا لَا يَسۡمَعُ إِلَّا
دُعَآءٗ وَنِدَآءٗۚ صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡيٞ فَهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ ١٧١
171. “Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah
seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain
panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu)
mereka tidak mengerti.” (QS.
Al-Baqarah: 171)
2. Perumpamaan tentang
orang munafik
مَثَلُ
ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡلِيَآءَ كَمَثَلِ ٱلۡعَنكَبُوتِ ٱتَّخَذَتۡ
بَيۡتٗاۖ وَإِنَّ أَوۡهَنَ ٱلۡبُيُوتِ لَبَيۡتُ ٱلۡعَنكَبُوتِۚ لَوۡ كَانُواْ
يَعۡلَمُونَ ٤١
Artinya:
“Perumpamaan orang-orang yang pelindung-pelindung selain Allah adalah
seperti laba-laba yang membuat rumah.Dan sesungguhnya rumah paling lemah ialah laba-laba
kalau mereka mengetahui.”(QS. Al-Ankabut: 41).
3. Perumpamaan
orang mukmin
۞مَثَلُ ٱلۡفَرِيقَيۡنِ كَٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡأَصَمِّ
وَٱلۡبَصِيرِ وَٱلسَّمِيعِۚ هَلۡ يَسۡتَوِيَانِ مَثَلًاۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٢٤
Artinya:
“Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang
kafirdan orang-orang mukmin) seperti orang buta dan tuli dengan orang yang
dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?
Maka tidaklah kamu mengambil pelajaran (dari perbandingan itu)?”(QS.
Hud:24).
4. Perumpamaan
orang yang menafkahkan harta
مَّثَلُ
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ
يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١
Artinya:
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir: seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah maha luas (karunianya) lagi maha
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
مَثَلُ
مَا يُنفِقُونَ فِي هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَثَلِ رِيحٖ فِيهَا صِرٌّ
أَصَابَتۡ حَرۡثَ قَوۡمٖ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فَأَهۡلَكَتۡهُۚ وَمَا ظَلَمَهُمُ
ٱللَّهُ وَلَٰكِنۡ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ١١٧
Artinya:
“Perumpamaan
harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah seperti perumpamaan
angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang
menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka,
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.(QS. Ali
Imran:117).
5. Perumpamaan penciptaan Nabi
Isa as.
إِنَّ
مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَۖ خَلَقَهُۥ مِن تُرَابٖ ثُمَّ
قَالَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٥٩
Artinya:
“Sesungguhnya
mitsal penciptaan Isa dari sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya,
“Jadilah (seorang manusia),
maka jadilah
dia.” (QS. Ali Imran: 59).
6. Perumpamaan kehidupan
dunia
إِنَّمَا
مَثَلُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخۡتَلَطَ
بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ مِمَّا يَأۡكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلۡأَنۡعَٰمُ حَتَّىٰٓ إِذَآ
أَخَذَتِ ٱلۡأَرۡضُ زُخۡرُفَهَا وَٱزَّيَّنَتۡ وَظَنَّ أَهۡلُهَآ أَنَّهُمۡ
قَٰدِرُونَ عَلَيۡهَآ أَتَىٰهَآ أَمۡرُنَا لَيۡلًا أَوۡ نَهَارٗا فَجَعَلۡنَٰهَا
حَصِيدٗا كَأَن لَّمۡ تَغۡنَ بِٱلۡأَمۡسِۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ
لِقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٢٤
Artinya: “Sesungguhnya
perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu
tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak.
Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula)
perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya,
tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami
jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan
tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS. Yunus: 24)
7. Perumpamaan surga
۞مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن
تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ
ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ ٣٥
Artinya: “Perumpamaan
surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman);
mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya
(demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang
tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” (QS. Ar-Ra’ad: 35)
8. Perumpamaan cahaya
Allah
۞ٱللَّهُ
نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٖ فِيهَا مِصۡبَاحٌۖ
ٱلۡمِصۡبَاحُ فِي زُجَاجَةٍۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوۡكَبٞ دُرِّيّٞ يُوقَدُ
مِن شَجَرَةٖ مُّبَٰرَكَةٖ زَيۡتُونَةٖ لَّا شَرۡقِيَّةٖ وَلَا غَرۡبِيَّةٖ
يَكَادُ زَيۡتُهَا يُضِيٓءُ وَلَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡهُ نَارٞۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٖۚ
يَهۡدِي ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَٰلَ
لِلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٣٥
Artinya: “Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak
pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (QS. An-Nur:35).[20]
[1] Rosihan Anwar, Ilmu Tafsir
( Bandung : CV Pustaka Setia, 2000 ), h. 92.
[2] Maman Abd Djaliel, ................................... (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2005)
[3]M.Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: LenteraHati, 2013), h. 263.
[4]Buanyakilmu, AmtsalulQur,an, http://buanyakilmu.blogspot.com/2009/05/amtsalul-quran.html (diakses:5November, 2015)
[5]Anwar,IlmuTafsir. h. 94.
[6]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 95.
[7] Mannâ Khalil al-Qattân, Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir ( Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa,
2009), h. 406.
[8] Mana’ul Quthan, Pembahasan
Ilmu-Ilmu Alquran 2, terj. Halimuddin (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), h. 109.
[9] Al-Qattân, Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir, h. 407.
[10]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 101.
[11]Anwar, Ilmu Tafsir,h. 101.
[12]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 105.
[13]Kauma, Tamsil Alquran, h. 4.
[14]Kauma, Tamsil Alquran, h. 2.
[15]Buanyakilmu. Amtsalul Quran. http://buanyakilmu.blogspot.com/2009/05/amtsalul-quran.html( diakses 5November 2015).
[16]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 109.
[17] Al-Qattân, Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir, h.
410.
[18] Al-Qattân, Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir, h. 409.
[19]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 109.
[20]Maman Abd Djaliel…….(Bandung: CV Pustaka Setia, 2005).
No comments:
Post a Comment