Thursday, 6 August 2020

Amtsal Al Qur'an (Makalah Ulumul Qur'an)


MAKALAH



A.    PENGERTIAN AMTSALUL QUR’AN

Secara etimologi amtsal menurut Ibn Al-Farits berarti persamaan dan perbandingan  antara sesuatu yang satu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan menurut Al-Asfahani amtsal berasal dari kata al-mutsul berarti mengungkapkan perumpamaan.[1]

Amtsal secara istilah (terminology) dirumuskan oleh para ulama dengan redaksi yang berbeda-beda.

1.     Menurut Rasyid Ridha

Amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk memberi kesan dan menggerakkan hati nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akanmenyentuhlubukhati yang paling dalam.

2.     Menurut Ibn Qayim

“Menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukumnya mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkret, atau salah satu dari keduanya dengan lainnya.

3.     Menurut Muhammad Bakar Ismail

Amtsal Al-Qur’an adalah mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang konkret, atau salah satu dari keduanya dengan yang lainnya.[2]

Amtsal Al-Qur’an adalah salah satu cara Al-Qur’an menyampaikan pesan. Amtsal adalah bentuk jamak dari kata matsal yang mempunyai banyak arti, antara lain, keserupaan, keseimbangan, kadarsesuatu, yang menakjubkan/mengherankan, dan pelajaran yang dapat dipetik, di samping berarti peribahasa. Dalam banyak ayat al-Qur’an, kata matsal digunakan dalam arti sifat atau keadaan yang menakjubkan atau mengherankan, disamping itu ia tidak jarang juga digunakan dalam arti keserupaan.

Ada perbedaan antara matsal dan mitsil. Mitsil adalah kesamaan, sedang matsal adalah keserupaan. Firman Allah:

مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ فِيهَآ أَنۡهَٰرٞ مِّن مَّآءٍ غَيۡرِ ءَاسِنٖ وَأَنۡهَٰرٞ مِّن لَّبَنٖ لَّمۡ يَتَغَيَّرۡ طَعۡمُهُ

“Keserupaan surga yang dijanjikan untuk orang-orang yang bertakwa, (sungguh sangat menakjubkan), di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak pernah berubah, ada juga sungai yang merupakan susu yang rasanya tidak rusak. (QS: Muhammad:15)

Ayat ini melukiskan betapa menakjubkan surga sekaligus menggaris bawahi bahwa yang dilukiskan di sini bukan persamaan, tetapi sekedar matsal keserupaan, yakni hakikat surga dan kenikmatannya tidak sama dengan apa yang terlukiskan dengan kata-kata ayat ini, ia hanya serupa.

 Tidak jarang ulama, karena sangat terpengaruh dengan bahasan susastra, menguraikan tentang matsal dalam arti serupa dengan bahasan sastrawan tentang matsal  dalam arti peribahasa. Karena itu, mereka membagi amtsal Al--Qur’an menjadi:

1.     Kalimat-kalimat singkat dalam Al-Qur’an yang maknanya serupa dengan peribahasa yang digunakan oleh masyarakat, seperti:

خَيْرُالْاُمُورِ الْوَسْط

“Sebaik-baik hal adalah yang ditengah/moderinisasi”

Nah firmannya:

لاَفاَرِضٌ وَلاَبِكْرٌعَوَانٌ بَيْنَ ذٰلِك

“Sapi betina itu´tidak tua dan tidak juga muda (tapi) pertengahan antara itu.”

2.     Kalimat-kalimat singkat al-Qur’an atau penggalan ayat yang kemudian menjadi peribahasa, kendati tidak ada padanannya dalam literatur atau penggunaan masyarakat, namun karena ia sering terucapkan atau terdengar, singkat, indah dan mengandung makna yang dalam, maka lama kelamaan ia menjadi peribahasa. Seperti firmannya:

جِئۡتَ عَلَىٰ قَدَرٖ يَٰمُوسَىٰ ٤٠

 “Engkau datang atas takdir (Allah) wahai musa” QS. Thahaa:40

Penggalan ayat ini diucapkan sebagai peribahasa saat kehadiran seseorang yang tidak terduga. Orang itu disambut sedemikian rupa karena ia memiliki kaitan dengan apa yang sedang dibicarakan atau dihadapi oleh yang menyambutnya.[3]

B.    Macam-Macam Amtsalul Qur’an

Ahli balaghah mensyaratkan bahwa tamsil itu hrus memenuhi beberapa ketentuan yaitu: bentuk kalimatnya ringkas, isi maknanya mengena dengan tepat, perumpamaannya baik dan sampiran atau mengena dengan tepat, perumpamaannya baik dan sampiran atau kinayahnya harus indah. Adapun rukun amtsal ada empat yaitu:

1.     Wajhu Syabbah

Yaitu pengertian yang bersama-sama yang ada pada musyabbah dan musyabbah bih.

2.     Alat Tasybih

Yaitu semua lafadz yang menunjukkan makna penyerupaan seperti kata mitsil dan kaf.

3.     Musyabbah

Yaitu sesuatu yang diserupakan (menyerupai) musyabbah bih.Musyabbah bih

Yaitu sesuatu yang diserupai oleh musyabbah.

Sebagai contoh, seperti pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 261 :

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

261.Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261).

Adapun wajhu Syabbah yang terdapat pada ayat di atas adalah pertumbuhan yang berlipat-lipat, tasybihnya adalah kata matsal. Musyabbahnya adalah infak atau sedekah di jalan Allah swt sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.[4]

C.    Jenis-jenis Amtsal Alquran

Menurut Mannâ Khalîl al-Qattân  amtsal Alquran dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu :

1. Amtsal Musharrahah

Amtsal Musharrahah ini adalah amtsal yang jelas, yaitu amtsal tersebut dengan jelas menggunakan kata-kata perumpamaan atau kata penyerupaan (tasybih).[5] Seperti pada surah Al-Baqarah ayat 17-19 di bawah ini :

مَثَلُهُمۡ كَمَثَلِ ٱلَّذِي ٱسۡتَوۡقَدَ نَارٗا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِي ظُلُمَٰتٖ لَّا يُبۡصِرُونَ ١٧ صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡيٞ فَهُمۡ لَا يَرۡجِعُونَ ١٨ أَوۡ كَصَيِّبٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فِيهِ ظُلُمَٰتٞ وَرَعۡدٞ وَبَرۡقٞ يَجۡعَلُونَ أَصَٰبِعَهُمۡ فِيٓ ءَاذَانِهِم مِّنَ ٱلصَّوَٰعِقِ حَذَرَ ٱلۡمَوۡتِۚ وَٱللَّهُ مُحِيطُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ ١٩

17.  Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

18.  Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),

19.  Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati, dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. (QS.Al-Baqarah : 17-19)

Pada contoh di atas terlihat dengan jelas kata-kata yang menunjukkan perumpamaan dan penyerupaan yaitu pada kata matsaluhum dan aw kashayyibin. Contoh di atas  juga memperlihatkan dua perumpamaan bagi orang yang munafik. Pertama, seperti orang yang menyalakan api karena di dalam api terdapat unsur cahaya. Kedua, seperti orang-orang yang ditimpa hujan dari langit, karena di dalamnya terkandung unsur kehidupan.[6]

Perumpamaan pertama menggambarkan bahwa orang-orang munafik tak ubahnya seperti orang yang menyalakan api dengan cara memasuki agama Islam secara formalitas, tetapi keislamannya tidak berpengaruh apa-apa terhadap hatinya sehingga Allah swt pun menghilangkan cahaya yang telah dinyalakan mereka dan tetap membiarkan apinya terus menyala.

Adapun perumpamaan kedua menggambarkan bahwa orang-orang munafik seperti orang yang ditimpa hujan diiringi dengan gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menutup kedua telinganya karena takut terkena sambaran petir. Perintah-perintah dan larangan-larangan Alquran yang turun kepada mereka tak ubahnya pula seperti petir bagi kebenaran dan kebatilan, namun mereka tetap mengindahkannya.

2. Amtsal Kaminah

Amtsal Kaminah ini adalah amtsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil (permisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, mempesona dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.[7] Seperti pada contoh di bawah ini :

a. Ayat-ayat yang senada dengan ungkapan “Sebaik-baik perbuatan ialah yang pertengahan [8]. Ini seperti pada firman Allah dalam surah Al-Isra ayat 29, yang ayat tersebut adalah :

وَلَا تَجۡعَلۡ يَدَكَ مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ فَتَقۡعُدَ مَلُومٗا مَّحۡسُورًا ٢٩

29.  Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.(QS.Al-Isra :29)

b. Ayat-ayat yang senada dengan ungkapan “Sebagaimana kamu telah menghutangkan, maka kamu akan dibayar[9]. Ini seperti pada firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 123, yang ayat tersebut adalah :

مَن يَعۡمَلۡ سُوٓءٗا يُجۡزَ بِهِۦ وَلَا يَجِدۡ لَهُۥ

123...Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu ...(QS. An-Nisa : 123)

c. Ayat-ayat yang senada dengan ungkapan “Dalam aktivitas terdapat kebaikan[10]. Ini seperti pada firman Allah swt dalam surah An-Nisa ayat 100, yang ayat tersebut adalah :

۞وَمَن يُهَاجِرۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُرَٰغَمٗا كَثِيرٗا وَسَعَةٗۚ

100.  Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.(QS. An-Nisa :100)

d. Ayat-ayat yang senada dengan ungkapan “ Bobot sebuah berita berbeda dengan menyaksikannya sendiri[11]. Ini seperti pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 260, yang ayat tersebut adalah :

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ رَبِّ أَرِنِي كَيۡفَ تُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰۖ قَالَ أَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطۡمَئِنَّ قَلۡبِيۖ

260. Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku Telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)...(QS. Al-Baqarah : 260).



3. Amtsal Mursalah

Amtsal Mursalah ini adalah amtsal yang di dalamnya berupa kalimat-kalimat Alquran yang disebut secara lepas tanpa ditegaskan redaksi penyerupaan, tetapi dapat digunakan untuk penyerupaan.[12] Seperti pada contoh di bawah ini :

a. Dalam surah Al-Baqarah ayat 216 :

وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ

216....Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu...(QS. Al-Baqarah :216)

b. Dalam surah Al-Hajj ayat 73 :

ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلۡمَطۡلُوبُ ٧٣

73...Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah (QS. Al-Hajj : 73)

c. Dalam surah Al-Maidah ayat 100 :

لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡخَبِيثُ وَٱلطَّيِّبُ

100..."Tidak sama yang buruk dengan yang baik, (QS.Al-Maidah : 100)

D. Tujuan Amtsalul Qur’an

Diantara tujuan dibuatnya perumpamaan atau tamsil dalam Al-Qur’an agar manusia mau melakukan ujian yang berkaitan dengan ekosistem, ekologi, astronomi, dan anatomi, teologi, biologi, sosiologi dan ilmu-ilmu lain termasuk untuk mengambil pelajaran dari kejadian yang di alami oleh umat-umat yang lampau. Semua ini adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah setelah melihat keagungan dan kekuasaanya.

Untuk melakukan kajian terhadap suatu masalah, orang harus berakal dan berpengatahuan. Dengan sendirinya orang yang dungu dan tidak berilmu, tidak mungkin memahami tamsil yang disajikan Al-Qur’an, apalagi sampai melakukan kajian, jelas tidak mungkin. Oleh karena itu, orang yang bisa memahami makna yang tersirat maupun yang tersurat di dalam tamsil Al-Qur’an, hanyalah orang-orang yang berilmu dan orang mau menggunakan nalarnya, seperti disebutkan oleh Alquran dalam surah Al-ankabut ayat 43 :

وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِۖ وَمَا يَعۡقِلُهَآ إِلَّا ٱلۡعَٰلِمُونَ ٤٣

43.  Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.(QS. Al-Ankabut : 43)

Adapun yang dimaksud dengan “memahami” pada ayat di atas adalah mengetahui tentang faedah dan pelajaran yang bisa diambil dari tamsil yang disajikan oleh Alquran tersebut, dan ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang berilmu.[13]

F. Anjuran untuk Memperhatikan Perumpamaan

Alquran telah menyerukan kepada umat manusia untuk memperhatikan tamsil-tamsil, sebab dari situlah akan ditemukan suatu kebenaran yang hakiki mengenai kekuasaan Allah swt, yang maha pencipta lagi maha kuasa atas segala sesuatu. Di samping itu, tamsil juga sebagai sarana untuk menginterpretasikan permasalahan atau peristiwa yang belum dipahami oleh umat manusia.

Tidak sedikit orang yang salah jalan menjadi sadar setelah memperhatikan ayat-ayat tamsil. Karena di dalam ayat tersebut banyak di dapatkan pelajaran yang sangat berharga, terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan keimanan. Di dalam ayat-ayat tamsil juga dapat ditemukan berbagai karakter umat manusia dalam memperhatikan ideologi masing-masing. Dari sini nantinya dapat kita ketahui konsekuensi orang-orang yang menolak ideologi tauhid. Mereka dianalogikan oleh Alquran seperti binatang. Dan banyak lagi hal-hal yang menarik yang perlu dipelajari dari ayat-ayat tamsil. Oleh karena itu, Alquran menyerukan kepada manusia untuk memperhatikan dan mendengarkan ayat-ayat tamsil.[14] Sebagaimana ayat yang disebutkan dalam surah Al-Hajj ayat 73 :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٞ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُۥ

73.  Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.(QS. Al-Hajj :73)

Apabila seseorang mau memperhatikan dengan seksama terhadap perumpamaan-perumpamaan (tamsil) yang ada, maka keimanannya akan teguh. Sebab di sana ia dapat menjumpai hal-hal yang belum diketahui sebelumnya sebagai manifestasi atas kekuasaan Allah Swt. Meskipun demikian, adalah orang-orang kafir dan orang-orang fasik yang memang telah sesat jalan hidupnya, hati dan akalnya, telah dikunci mati oleh Allah swt, mereka tidak bisa memahami sedikit pun tamsil-tamsil yang disajikan oleh Al-Quran.

G. Manfaat Amtsal Alquran

Mannâ Khalîl al-Qattân menjelaskan bahwa di antara manfaat amtsal Alquran adalah :

a. Menampilkan sesuatu yang abstrak (yang hanya ada dalam pikiran) ke dalam sesuatu yang konkret-material yang dapat di indera manusia.[15] Ini seperti pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 264 :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٦٤

264.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(QS. Al-Baqarah : 264)



b. Membuat si pelaku amtsal menjadi senang dan bersemangat dalam beramal,[16] ini seperti pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 261 :

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

261.Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allahadalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah :261)



c. Menjauhkan seseorang dari sesuatu yang dibenci oleh jiwa manusia itu sendiri.[17] Ini seperti pada surah Al-Hujurat ayat 12 :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢

12.Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Hujurat : 12).

d. Menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak nampak seakan-akan sesuatu yang nampak.[18] Ini seperti pada firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 275 :

ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِي يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ

275.  Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila (QS. Al-Baqarah : 275).

e. Menghimpun arti yang indah dalam ungkapan yang singkat sebagaimana terlihat dalam kaminah dan mursalah.[19]

H. Contoh-Contoh Amtsal dalam Al-Qur’an

Berikut ini adalah contoh amtsal Al-Qur’an:

1.     Perumpamaan tentang orang kafir

وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ كَمَثَلِ ٱلَّذِي يَنۡعِقُ بِمَا لَا يَسۡمَعُ إِلَّا دُعَآءٗ وَنِدَآءٗۚ صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡيٞ فَهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ ١٧١

171. Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.” (QS. Al-Baqarah: 171)

2.     Perumpamaan tentang orang munafik

مَثَلُ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡلِيَآءَ كَمَثَلِ ٱلۡعَنكَبُوتِ ٱتَّخَذَتۡ بَيۡتٗاۖ وَإِنَّ أَوۡهَنَ ٱلۡبُيُوتِ لَبَيۡتُ ٱلۡعَنكَبُوتِۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ ٤١

Artinya:

Perumpamaan orang-orang yang pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.Dan sesungguhnya rumah paling lemah ialah laba-laba kalau mereka mengetahui.”(QS. Al-Ankabut: 41).

3.     Perumpamaan orang mukmin

۞مَثَلُ ٱلۡفَرِيقَيۡنِ كَٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡأَصَمِّ وَٱلۡبَصِيرِ وَٱلسَّمِيعِۚ هَلۡ يَسۡتَوِيَانِ مَثَلًاۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٢٤

Artinya:

Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafirdan orang-orang mukmin) seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidaklah kamu mengambil pelajaran (dari perbandingan itu)?”(QS. Hud:24).



4.     Perumpamaan orang yang menafkahkan harta

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

Artinya:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunianya) lagi maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)



مَثَلُ مَا يُنفِقُونَ فِي هَٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَثَلِ رِيحٖ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتۡ حَرۡثَ قَوۡمٖ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فَأَهۡلَكَتۡهُۚ وَمَا ظَلَمَهُمُ ٱللَّهُ وَلَٰكِنۡ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ١١٧

Artinya:

“Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.(QS. Ali Imran:117).



5.     Perumpamaan penciptaan Nabi Isa as.

إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَۖ خَلَقَهُۥ مِن تُرَابٖ ثُمَّ قَالَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٥٩

Artinya:

“Sesungguhnya mitsal penciptaan Isa dari sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran: 59).

6.     Perumpamaan kehidupan dunia

إِنَّمَا مَثَلُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ مِمَّا يَأۡكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلۡأَنۡعَٰمُ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذَتِ ٱلۡأَرۡضُ زُخۡرُفَهَا وَٱزَّيَّنَتۡ وَظَنَّ أَهۡلُهَآ أَنَّهُمۡ قَٰدِرُونَ عَلَيۡهَآ أَتَىٰهَآ أَمۡرُنَا لَيۡلًا أَوۡ نَهَارٗا فَجَعَلۡنَٰهَا حَصِيدٗا كَأَن لَّمۡ تَغۡنَ بِٱلۡأَمۡسِۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٢٤

Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS. Yunus: 24)



7.     Perumpamaan surga

۞مَّثَلُ ٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي وُعِدَ ٱلۡمُتَّقُونَۖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ أُكُلُهَا دَآئِمٞ وَظِلُّهَاۚ تِلۡكَ عُقۡبَى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْۚ وَّعُقۡبَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٱلنَّارُ ٣٥

Artinya: “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” (QS. Ar-Ra’ad: 35)

8.     Perumpamaan cahaya Allah

۞ٱللَّهُ نُورُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشۡكَوٰةٖ فِيهَا مِصۡبَاحٌۖ ٱلۡمِصۡبَاحُ فِي زُجَاجَةٍۖ ٱلزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوۡكَبٞ دُرِّيّٞ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٖ مُّبَٰرَكَةٖ زَيۡتُونَةٖ لَّا شَرۡقِيَّةٖ وَلَا غَرۡبِيَّةٖ يَكَادُ زَيۡتُهَا يُضِيٓءُ وَلَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡهُ نَارٞۚ نُّورٌ عَلَىٰ نُورٖۚ يَهۡدِي ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَٰلَ لِلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٣٥

Artinya: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nur:35).[20]






[1]  Rosihan Anwar, Ilmu Tafsir ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2000 ), h. 92.
[2] Maman Abd Djaliel, ................................... (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005)
[3]M.Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: LenteraHati, 2013), h. 263.
[4]Buanyakilmu, AmtsalulQur,an, http://buanyakilmu.blogspot.com/2009/05/amtsalul-quran.html (diakses:5November, 2015
[5]Anwar,IlmuTafsir. h. 94.
[6]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 95.
[7]  Mannâ Khalil al-Qattân, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir ( Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), h. 406.
[8]  Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu-Ilmu Alquran 2, terj. Halimuddin (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1995), h. 109.
[9]  Al-Qattân, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir, h. 407.
[10]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 101.
[11]Anwar, Ilmu Tafsir,h. 101.
[12]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 105.
[13]Kauma, Tamsil Alquran, h. 4.
[14]Kauma, Tamsil Alquran, h. 2.
[15]Buanyakilmu. Amtsalul Quran. http://buanyakilmu.blogspot.com/2009/05/amtsalul-quran.html( diakses 5November 2015).
[16]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 109.
[17]  Al-Qattân, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir, h. 410.
[18]  Al-Qattân, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir, h. 409.
[19]Anwar, Ilmu Tafsir, h. 109.
[20]Maman Abd Djaliel…….(Bandung: CV Pustaka Setia, 2005).

No comments: