MAKALAH
TADABBUR QUR’AN
Disusun Oleh:
Hadi Priadi
NIM. 1001210376
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS
TARBIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hendaklah
setiap Muslim memikirkan dan memahami Al-Qur’an untuk menemukan dan membuka
rahasia-rahasianya. Dibalik ayat-ayat Al-Qur’an tersebut terdapat makna yang
terpendam oleh orang-orang yang memikirkan, merenungkan dan mempunyai
keyakinan. Imam Ali pernah mengisyaratkan, “Tidak pernah Rasulullah Saw
merahasiakan sesuatu kepadaku yang disembunyikannya kepada manusia kecuali
Allah ‘Azza wa Jalla memberikaN kepada seseorang hamba pemahamn dalam
kitabNya.” Atas dasar itu, setiap muslim hendaknya bersungguh-sungguh untuk
mendapatkan pemahaman tersebut.
Abdullah bin
Mas’ud ra. Berkata, “Siapa yang ingin mengetahui ilmu orang-orang dahulu dan
ilmu orang-orang terkemudian, hendaknya
ia memahami atau mentadabburi Al-Qur’an. Sedangkan ilmu-ilmu Al-Qur’an yang
paling Agung ada di balik asma-asma Allah dan sfat-sifatNya. Kebanyakan makhluk
tidak mengetahui ilmu-ilmu tersebut kecuali beberapa hal yang cocok dengan
kemampuan pemahaman mereka. Kebanyakan mereka tidak mampu mengetahui
makna-maknanya yang paling dalam.”
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
tadabbur Al-Qur’an?
2.
Apakah ada anjuran untuk
mentadabburi Al-Qur’an?
3.
Apa saja keutamaan tadabbur Al-Qur’an?
4.
Apa tujuan mentadabburi Al-Qur’an?
5.
Apa urgensi tadabbur Al-Qur’an?
6.
Apa saja tanda-tanda tadabbur Al-Qur’an?
BAB
II
TADABBUR
ALQUR’AN
A.
Pengertian Tadabbur
Al-Qur’an
Kitab “Hidayat al-Azkiya Ila Thariq al-Auliya”, karya
Zainuddin bin Ali, yang disyarahkan oleh Sayyid Abu Bakar dalam kitabnya “Kifayat
al-Atqiya” bahwa diantara obat jiwa itu adalah, “تلاوة
بتدبر المعنى " maksudnya membaca Al-Qur’an dengan
memikirkan maknanya. Tadabbur artinya: memikirkan, memahami, mempertimbangkan,
merenung, memperhatikan dan seterusnya.[1]
Menurut
Asy-Syaikh Sholeh Fauzan, tadabbur adalah:
أَنْ
نَتَفَكَّرَ فِي مَعَانِيْهَا وَ مَدْلُوْلاَتِهَا وَ
أَسْرَارِهَا وَ أَخْبَارِهَا حَتَّى نَسْتَفِيْدَ مِنْهَا
الْهِدَايَةَ وَنَسْتَفِيْدَ مِنْهَا خَشْيَةَ اللهِ
سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى وَعِبَادَتَهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَنَعْرِفَ مَا نَأْتِي وَمَا
نَتْرُكَ مِنَ اْلأَعْمَالِ وَ اْلأَقْوَالِ وَ
الْمُعَامَلاَتِ وَغَيْرَ ذَلِكَ
Artinya:
Kita memikirkan makna ayat-ayat Al-Qu’ran, apa yang
ditunjukkannya, rahasia serta berita yang terdapat dari ayat-ayat tersebut,
sehingga kita dapat mendapatkan manfaat berupa hidayah, rasa takut kepada
Allah, dan ibadah kepada Nya, dan kita tahu apa yang harus kita lakukan dan apa
yang kita tinggalkan dari perbuatan, perkataan, interaksi sosial, dan yang
lainnya.
Para
ulama kontemporer, mereka berpendapat tadabbur adalah:
التَّفَكُّرُ
بِاسْتِخْدَامِ وَسَائِلِ التَّفْكِيْرِ وَ التَّسَاؤُلِ الْمَنْطِقِي
لِلْوُصُوْلِ إِلَى مَعَانٍ جَدِيْدَةٍ ، يَحْتَمِلُهَا النَّصُّ الْقُرْآنِي
وَفْقَ قَوَاعِدِ اللُّغَةِ الْعَرَبِيَّةِ ، وَ رَبْطَ الْجُمَلِ الْقُرْآنِيَّةِ
بِبِعْضِهَا ، وَ رَبْطَ السُّوَرِ الْقُرْآنِيَّةِ بِبَعْضِهَا ، وَ إِضْفَاءَ
تَسَاؤُلاَتٍ مُخْتَلِفَةٍ حَوْلَ هَذَا الرَّبْطِ
Artinya:
Berfikir dengan menggunakan seluruh kemampuan akal dan
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang logis untuk mencapai pengertian
yang baru, yang terkandung dalam nash Al-Qur’an yang sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa Arab, baik yang menghubungkan antara kalimat-kalimat di
dalam Al-Qur’an, maupun yang menghubungkan antara surat-surat di dalam
Al-Qur’an.[2]
Memahami Al-Qur’an
adalah memahami hingga jelas makna yang dikandung oleh setiap ayat. Sebab,
ayat-ayat Al-Qur’an mengandung penyebutan sifat-sifat Allah Yang Maha Perkasa
san Maha Agung, perbuatan-perbuatanNya, dan menyebutkan karakteristik dan
keadaan para nabi, disamping menyebutkan karakteristik dan keadaan orang-orang
yang mendustakan para nabi itu dihacurkan. Al-Qur’an juga mengungkapkan
perintah Allah danlaranganNya, disamping
menyebutkan surga dan neraka. (Lihat Ihya ‘Ulum Ad-Din) karangan Imam
Al-Ghazali).[3]
B.
Anjuran Untuk
Mentadabburi Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur disuruh dan dianjurkan
oleh Allah. Ada ayat yang berbicara tentang tadabbur, yaitu surah An-Nisa ayat
82. Artinyya: “Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) Al-Qur’an?” “Kalau
kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan
pertentangan yang banyak di dalamnya.”
Di dalam surah Muhammad ayat 24, kalimat yang sama berbunyi"أفلا يتدبرون
القرآن" ditambah "أم على قلوب
أقفالها" , sehingga
terjemah lengkapnya berbunyi: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”.
Barangkali inilah yang menimpa kita. Kita membaca Al-Qur’an
namun hati kita masih terkunci. Kita belum berusaha memahami Al-Qur’an. Banyak
Al-Qur’an dibaca untuk kita nikmati kemerduan suara dan lagu qari/qari’ahnya,
memang tidak salah. Banyak Al-Qur’an dibaca untuk berbangga hati sekian kali khatam
(tamat), memang tidak keliru. Banyak Al-Qur’an dibaca pada saat family atau
warga meninggal untuk dihadiahkan pahalanya kepada si mayyit. Terjadilah
perbedaan pendapat yang tajam; yang satu menyampaikan pahalanya sampai, yang
lain mengatakan itu sia-sia. Banyak Al-Qur’an dibaca untuk menolak gangguan
makhluk halus, penangkal setan, ini memang ada diriwayatkan bahwa setan dan
yang sebangsanya menjauh bila dibacakan ayat-ayat Allah. Ada Al-Qur’an dibaca
untuk pembuka rezeki, penerang nantinya di alam kubur….., ini benar-benar saja;
tapi dikehendaki lebih dari itu, yang dimaksud adalah تدبّر
المعنى , merenungi
kandungannya, sehingga Al-Qur’an dapat menjadi “hudan” (petunjuk) dalam
kehidupan.
Memahami Al-Qur’an ialah dengan mengerti bahasa Al-Qur’an,
yaitu bahasa Arab. Kendati tidak semua muslim mampu belajar bahasa Arab, namun
dalam memahami Al-Qur’an bisa terbantu dengan terjemahnya. Oleh sebab itu sudah
seharusnya kita tidak mengerti bahasa Arab agar memiliki Terjemah Al-Qur’an.
Kitab terjemah Al-Quran sudah banyak dicetak seperti yang dibuat oleh
Departemen Agama RI, disamping itu Terjemah lainnya seperti oleh Mahmud Yunus,
Oemar Bakry atau Terjemah Al-Qur’an secara lafzhiyah yang disusun tim penyusun
terbitan AlHikmah Jakarta, atau lainnya. Al-Qur’an pun selalu mengetuk jiwa
kita, baca surah Shaad ayat 29 yang artinya:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”[4]
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran, ataukah
hati mereka terkunci? (QS. Muhammad 47:24)
Allah swt berfirman seraya memerintahkan untuk memikirkan
dan memhami Al-Qur’an serta melarang berpaling darinya, di mana Dia berfirman:
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْ،َ الْقُرْءَانَ
أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ)) “Maka Apakah
mereka tidak memperhatikan Al Quran, ataukah hati mereka terkunci?” Maksudnya,
bahkan hati mereka dalam keadaan terkunci mati, tidak ada sesuatu pun dari
makna Al-Qur’an itu yang dapat menembusnya. Ibnu Jarir meriwayatkan, Basyar
memberitahu kami, Hammad bin Zaid memberitahu kami, Hisyam bin ‘Urwah
memberitahu kami, dari ayahnya, ia bercerita: “Pada suatu hari, Rasulullah saw
pernah membacakan ayat:
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْ،َ الْقُرْءَانَ
أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ)) “Maka Apakah
mereka tidak memperhatikan Al Quran, ataukah hati mereka terkunci?” Maka ada
seorang pemuda dari penduduk Yaman berkata: ‘Justru hati-hati itu telah
tertutup sehingga Allah membuka dan menyingkapnya.’ Maka, anak muda tersebut
masih tetap teringat dalam hati ‘Umar hingga ia menjadi khalifah, maka ia pun
memohon bantuannya.” [5]
“Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau seandainya Al Quran itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapati dI dalamnya pertentangan yang banyak.”
Karena
sikap orang-orang munafik yang mengatur siasat busuk dan merahasiakan sesuatu
terhadap Nabi saw, lahir dari dugaan sebagian mereka bahwa beliau hanyalah
seorang pemimpin, bukan Rasul yang mendapatkan informasi langsung dari Allah
swt, termasuk sekian banyak dari rahasia, maka ayat ini mengemukakan dalil yang
menunjukkan betapa beliau mendapat wahyu, dan bahwa informasi wahyu selalu
benar dan konsisten, tidak berubah-ubah. Maka apakah mereka tidak memperhatikan
Al-Qur’an? Sungguh banyak informasi Allah di dalamnya, sungguh indah
susunannya, sungguh tepat bimbingannya dan sungguh benar rahasia-.rahasia yang
diungkapnya. Kalau seandainya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, sebagaimana
diduga oleh orang-orang kafir, tentulah mereka mendapati di dalamnya
pertentangan. Pertentangan itu sifatnya banyak, sebagaimana halnya karya selain
Allah swt. Tetapi karena faktor-faktor yang mengakibatkan perbedaan itu tidak
menyentuh Allah swt, dank arena Al-Qur’an bersumber dari Allah, maka janganlah
pertentangan yang banyak, satu pertentangan pun tidak akan ditemukan.
Kata( يتدبرون) memperhatikan
terambil dari kata dabara yang berarti belakang atau sesudah,
dari sini juga lahir kata dubur yang berarti pantat. Sementara ulama
memahami kata ini dalam arti “berfikir tentang akhir atau kesudahan sesuatu”.
Ada juga yang memahaminya dalam arti “berfikir tentang sesuatu setelah sesuatu
yang lain”. Sehingga ayat ini berarti perintah memperhatikan satu ayat
Al-Qur’an sesudah ayat yang lain, atau perintah “memperhatikan setelah
sebelumnya telah memperhatikan”. Ini untuk membuktikan kebenaran Al-Qur’an.
Perintah
bertadabbur ini menunjukkan betapa Al-Qur’an menantang siapapun, dan betapa
Nabi Muhammad saw, yang diperintahkan untuk menyampaikan perintah ini begitu
percaya diri dan percaya akan kebenaran Al-Qur’an. Karena, ketika seseorang
memerintahkan orang lain untuk memperhatikan, maka perintah tersebut perintah
menggunakan seluruh potensinya untuk menemukan kebenaran. Jika anda tidak
percaya akan kebenaran sesuatu, anda tidak akan menutup-nutupinya dan tidak
akan memaparkannya, lalu memerintahkan orang lain untuk memperhatikannya,
membandingkannya dengan yang lain, serta mengulangi perhatian itu berkali-kali.
Perintah
bertadabbur/memperhatikan ini mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan
Al-Qur’an, baik redaksi maupun kandungannya, petunjuk maupun mukjizatnya. Salah
satu di antara sekian banyak yang diperintah untuk diperhatika adalah tidak
adanya pertentangan di dalamnya.
Perintah
ini adalah anjuran untuk mengamati setiap ketetapan hukum yang ditetapkannya,
kisah yang dipaparkannya, nasehat yang disampaikannya, dan lain-lain, yang
turun dalam berbagai tempat; di Mekkah, Madinah, atau di tempat lain; malam
atau siang, dalam perjalanan Nabi atau di tempat beliau saat perang atau damai,
saat sedih atau senang. Semua silahkan diamati dan dibandingkan satu dengan
yang lain. Pasti pada akhirnya tidak ditemukan pertentangan, bahkan semua
saling mendukung, yang satu menafsirkan yang lain. Tidak juga ada perbedaan
dari segi nilai sastranya, semua sama. “Allah telah menurunkan perkataan
yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang, gemetar karnanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah”
(QS. Az-Zumar 39:23).
Kesamaan ayat-ayatnya dari segi mutu dan tiadanya
pertentangan antara satu ayat dengan ayat yang lain adalah buki bahwa Al-Qur’an
bukanlah ciptaan manusia, karena kalau karya manusia, pastilah banyak
perbedaannya. Batapa tidak banyak. Padahal manusia berubah perasaan dan
kemampuannya, dapat bertambah dan dapat berkurang ilmunya, berubah situasi dan
kondisi yang dihadapinya, sehingga bisa saja hasil karyanya yang lain atau yang
datang sesudahnya. Demikian aneka factor yang dapat menjadikan karya manusia
memiliki banyak perbedaan. Karena itu ayat ini bermakna; kalau seandainya
Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatdi dalamnya
pertentangan. Pertentangan itu sifatnya banyak sebagaimana halnya karya
makhluk.
Harus dipisahkan antara apa yang dinamai perbuatan
dengan apa yang dinamai pertentangan. Sesuatu yang berbeda belum tentu
bertentangan. Jika anda berkata, “si A datang”, dan di lain berkata, “si A
tidak datang”, maka ini tidak bertentangan, jika waktu kedatangannya, atau yang
anda maksud dengan si A pada kedua berita ini, atau cara kedatangannya, atau
kondisisnya, tidak sama. Dalam Al-Qur’an ditemukan hal-hal yang berbeda,
misalnya ada perintah bersabar dan larangan berperang, yakni pada saat kondisi
ummat Islam masih lemah, da nada juga perintah berperang, yakni pada saat
kondisi telah memungkinkan. Kedua perintah tersebut berbeda tetapi tidak
bertentangan.
Ada juga yang memahami kata ikhtilaf ukan dalam arti
pertentangan dalam kandungan dan informasi Al-Qur’an satu dengan yang lain,
tetapi dalam arti pertentangan dan perbedaan antara informasinya dengan keadaan
dan kondisi mereka, yakni bahwa informasi-informasi Al-Qur’an menyangkut
keadaan, bahkan rahasia mereka, tidak bertentangan dengan keadaan mereka yang
sebenarnya, dan tentu mereka dapat membuktikan sendiri kebenaran hal ini.
Dari ayat ini dipahami bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang
dapat dimengarti dengan baik oleh mereka yang mempelajari dan memperhatikannya,
dan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an saling tafsir menafsirkan dan dukung mendukung,
tidak ada satupun ayat yang perlu direvisi, disempurnakan, apalagi dibatalkan,
dan dengan demikian ajaran-ajarannya bersifat langgeng dan abadi.[6]
C.
Keutamaan Tadabbur
1.
Abu Dzar menceritakan
bahwasanya Rasulullah Saw berkata kepadanya, Wahai Abu Dzar, sungguh
keberadaanmu di waktu pagi mempelajari satu ayat dari Al-Qur’an adalah lebih
baik bagimu dari pada engkau shalat seratus rakaat.
2.
Buraidah meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw besabda, Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajari, dan
mengamalkan isinya, maka pada hari kiamat kedua orang tuanya akan dipakaikan
mahkota dari cahaya yang sinarnya menyerupai sinar matahari. Dan akan
dipakaikan kepada kedua orang tuanya dua pakaian yang tidak bisa ditampung oleh
dunia. Kedua orang tuanya lalu bertanya,
“Apa sebab kami diberi pakaian ini?”
Maka dijawab, “Berkat anak kalian yang membaca Al-Qur’an.” (HR. Hakim).
3.
Ali bin Abi Thalib
meriwayatkan bahwa, Rasullullah Saw bersabda, Siapa yang membaca Al-Qur’an
lalu mempraktikkannya, menghalalkan apa yang dihalalkan Al-qur’an dan
mengharamkan apa yang diharamkan Al-Qur’an, maka Allah akan memasukkannya ke
dalam surga dan orang itu bisa mensyafaati sepuluh orang keluarganya yang (sebenarnya)
semuanya wajib masuk neraka.(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
4.
Bacalah Al-Qur’an sekira
bisa mencegahmu (dari perbuatan munkar). Apabila tidak mencegahmu, berarti
engkau tidak membacanya.
(HR. Muslim)
(HR. Muslim)
5.
Anas meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw bersabda, “Allah SWT memiliki dua ahli keluarga dan golongan
manusia.” Dikatakan, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab,
“Ahli Al-Qur’an a
6.
dalah ahli Allah dan
pilihanNya.” Dalam hadis yang lain dikatakan, Allah tidak akan menyiksa hati
yang memahami Al-Qur’an. (HR. Tirmidzi)[7]
D.
Tujuan Tadabbur
Tujuan diturunkannya Al-Qur’an bukan sebagai bacaan saja,
akan tetapi supaya Al-Qur’an ini menjadi pedoman di dalam beramal serta sebagai
petunjuk jalan yang harus ditempuh. Hal yang demikian ini hanya didapatkan ketika
tadabbur Al-Qur’an dilakukan. Orang yang mentadabburi Al-Qur’an, maka dia akan
mendapatkan pendorong dirinya dalam beramal, kemudian diharapkan orang tersebut
mendapatkan kedudukan yang tinggi di dunia dan Akherat.
Asy-Syaikh Al-Utsaimin
mengatakan bahwa tadabbur merupakan perenungan terhadap lafal-lafal Al-Qur’an
dengan maksud mengetahui makna yang terkandung di dalamnya.
E.
Urgensi Tadabbur
Ibnul
Qayyim mengatakan bahwa seorang hamba akan selamat di dunia dan akheiat apabila
dia senantiasa mentadabburi, memperdalam pengamatan dan mencurahkan seluruh
pikiran terhadap makna ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini akan memperlihatkan
kepadanya petunjuk-petunjuk tentang kebaikan dan keburukan, serta akan
menguatkan pondasi keimanan di dalam hatinya, sehingga hamba tersebut akan
mendapatkan kehidupan yang membahagiakaN.[8]
F.
Tanda-Tanda Tadabbur
1. Menyatukan
hati dan pikiran ketika membaca Al-Qur’an.
2. Menangis
karena takut kepada Allah.
3. Bertambahnya
kekhusyu’an.
4. Bertambahnya
iman.
5. Merasa
bahagia dan gembira.
6. Gemetar
karena rasa takut kepada Allah, kemudian diikuti dengan pengharapan dan
ketenangan.
7. Bersujud
sebagai bentuk pengagungan terhadap Allah.[9]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Tadabbur artinya: memikirkan, memahami, mempertimbangkan,
merenung, memperhatikan dan seterusnya.
·
Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur disuruh dan dianjurkan
oleh Allah.
·
Tujuan Tadabbur adalah untuk mengetahui apa yang dikehendaki
oleh Allah, dan pengamalan apa yang dikehendakiNya.
·
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa seorang hamba akan selamat di
dunia dan akheiat apabila dia senantiasa mentadabburi, memperdalam pengamatan
dan mencurahkan seluruh pikiran terhadap makna ayat-ayat Al-Qur’a.
Tanda-tanda tadabbur ialah menyatukan hati dan pikiran ketika membaca Al-Qur’an, menangis karena takut kepada Allah, bertambahnya kekhusyu’an, bertambahnya iman, merasa bahagia dan gembira, gemetar karena rasa takut kepada Allah, kemudian diikuti dengan pengharapan dan ketenangan, bersujud sebagai bentuk pengagungan terhadap
Tanda-tanda tadabbur ialah menyatukan hati dan pikiran ketika membaca Al-Qur’an, menangis karena takut kepada Allah, bertambahnya kekhusyu’an, bertambahnya iman, merasa bahagia dan gembira, gemetar karena rasa takut kepada Allah, kemudian diikuti dengan pengharapan dan ketenangan, bersujud sebagai bentuk pengagungan terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Husin Naparin, nalar Al-Qur’an,
(Jakarta selatan: el-kahfi), 2004.
Abdul Halim Mahmud, Bacalah Dengan Nama Tuhanmu, (Jakarta:
Lentera), 1997
Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7,
(Bogor: pustaka imam asy-syafi’i), 2004. M.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,
(Jakara: lentera hati), 2009.
Ibrahim ad-Daib, Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur’ani, (Jakarta:
Nakhlah Pustaka), 2007.
http://klikuk.com/sukses-tadabbur-al-quran/
[1] Husin Naparin, Nalar Al-Qur’an, (Jakarta selatan:
el-kahfi, 2004,), h. 54
[3] Abdul Halim Mahmud, Bacalah
Dengan Nama Tuhanmu, (Jakarta: Lentera, 1997), h. 73-74
[4] Husin
Napari, Op.cit , h. 54-55.
[5] Abdullah, tafsir
ibnu katsir, jilid 7, (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2004),
h. 413-414.
[6] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta:
lentera hati, 2009), h. 503-505.
[7]
Ibrahim ad-Daib, Proyek Anda Menjadi Pribadi Qur’ani, (Jakarta: Nakhlah
Pustaka, 2007), h. 160-161
[8]
http://mahadulilmi.wordpress.com/2012/09/12/tujuan-tadabbur-dan-urgensinya/
[9]
http://klikuk.com/sukses-tadabbur-al-quran/
No comments:
Post a Comment