Friday 23 December 2016

Hadits tentang mukmin yang kuat lebih Allah cintai


Hadits

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ عُثْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ[1].
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Idris dari Rabi'ah bin 'Utsman dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Al A'raj dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syetan.'"[2]

Hadits di atas terdapat dalam kitab-kitab berikut ini:
No
Perawi
Kitab/ Bab/ Juz
Nomor Hadis/ Halaman
 1.
Muslim
Qadar
34
2.
Ibnu Majah
Muqaddimah
Zuhud
10
41[3]
1.    Penjelasan
Maksud mukmin kuat dalam hadits di atas adalah kuat imannya, bukan semata kuat fisik atau materi. Karena kuatnya fisik dan materi akan membahayakan diri jika digunakan untuk kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pada dasarnya, kuatnya fisik dan materi bukan sebagai pijakan mulia atau tercela. Hanya saja, jika keduanya digunakan untuk kemanfaatan di dunia dan akhirat, ia menjadi terpuji. Sebaliknya, jika digunakan untuk kemaksiatan terhadap Allah, ia menjadi tercela.
Kuat dalam hadits di atas mencakup kuat fisik, jiwa, dan materi. Kemudian semua itu diikat dengan iman kepada Allah Ta'ala, ridha dan menerima qadha' dan qadar.[4]
Rasulullah Saw. Bersabda,
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ
“Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh allah dari pada seorang  mukmin yang lemah. (meskipun) pada keduanya terdapat kebaikan.
            Arti kuat didalam hadits ini adalah keinginan yang kokoh serta semangat yang tinggi dalam hal-hal yang bernuansa akhirat. Sehingga orang yang memiliki sifat ini lebih berani menghadapi musuh di medan jihad, bersemangat saat merespon seruan berjihad, tahan banting dan sabar dalan menjlankan amar ma’ruf nahi munkar, berani menenggung rintangan demi membela Allah Ta’ala, menyeru shalat, puasa, dzikir dan ibadah-ibadah lainnya, dan bersemangat mengerjakannya dan melestarikannya.
            Rasulullah Saw bersabda, “ dalam keduanya terdapat kebaikan”. Artinya, baik yang kuat maupun yang lemah memiliki kebaikan, karena keduanya memiliki keimanan dan yang lemah tentu akan memanfaatkan waktu-waktunya untuk beribadah. Adapun sabda beliau, “meskipun” pada keuanya terdapat kebaikan” yang dimaksud bahwa setiap mukmin baik yang kuat ataupun yang lemah memiliki kebaikan karena keduanya memiliki hal yang sama yaitu keimanan, hanya saja ada sedikit perbedaan dalam menjalankan ibadah-ibadah.
            Rasulullah Saw. Bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
 “Kerjakan dengan rajin apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada allah dan jangan menyerah”.
            Artinya bersemangatlah dalam mengerjakan setiap ketaatan kepada Allah Swt dan apa yang dicintai oleh Allah Swt. Mintalah pertolongan dari Allah Swt untuk melaksanakan itu, dan janganlah menyerah dan jangan malas untuk mengerjkan ketaatan dan meminta pertolongan.
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Jika sesuatu menimpamu maka jangan katakan, “andai aku melakukan ini pasti hasilkannya ini dan itu.” Tetapi ucapkanlah, ini adalah takdir Allah, apa yang dia kehendaki pasti dia lakukan. Karena  law ( andai kata ) dapat membuka pekerjaan setan.”
            Al-Qadhi Iyadh berkata “ sebagian ulama menyatakan, larangan ini hanya tertuju kepada orang yangmenyatakannya dengan penuh keyakinan bahwa jika melakukan itu niscaya tidak akn tertimpa sesuatu yang telah menimpanya. Adapun orang yang mengungkapkan tas dasar semuanya yang terjadi sebagai kehendak Allah Swt bahwa tidak ada yang dapat menimpanya kecuali apa yang telah dikehendakinya, maka ungkapan itu tidak masuk dalam larangan ini.
 فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Karena law (andai kata) dapat membuka pekerjaan setan.”
            Artinya, ungkapan itu dapat menuntun hati untuk menentang takdir dan membuka peluang setan untuk menggoda hatinya.[5]
Rasulullah memotivasi kita agar kita mmenjadi mukmin yang kuat karena allah menyukai mukmin yang kuat. Dalam mencapai sesuatu yang bermanfaat kita harus bersemangat.  Bersemangat dalam melakukan sesuatu yangt bermanfaat harus juga tetap di iringi dengan memohon pertolongan Allah agar dipermudah jalannya.  Sebagai umat Islam kita dilarang menjadi umat yang lemah karena dapat merugikan diri sendiri.[6]
Dalam hdits tersebut ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil, diantara lain sebagai berikut:
  1. Rasulullah Saw. Memberi motivasi atau dorongan kepada kita agar berusaha menjadi mukmin yang kuat. Kuat yang dimaksud meliputi berbagai hal. Yaitu kuat iman, fisik, ilmu, ekonomi, dan semangat.
1.      Kuat iman, yaitu mudah dipengaruhi oleh kepercayaan lain yang bertentangan dengan islam. Kuatnya iman seseorang akan mempengaruhi seluruh aktivitas hidupnya.
2.      Kuat fisik, yaitu badan sehat, segar bugar, dan tidak sakit-sakitan. Dengan kondisi badan yang yang kuat, kita dapat melaksanakan kibadah dengan baik, begitu juga dengan kegiatan lain.
3.      Kuat ilmu atau pandai, yaitu mempunyai pengeahuan yang cukup sehingga tidak menjadi orang yang terbelakang. Dengan ilmu, kita juga dapat memperjuangkankan islam secara baik dan tidak diremehkan oleh umat lain.
4.      Kuat ekonomi, memiliki taraf hidup yang cukup atau kekurangan.  Dengan adanya kekuatan ekonomi, kita dapat membiayai sekolah, kegiatan dakwah, membantu fakir miskin, membangun gedung madrasah, dan tidak ditindas oleh pihak non muslim.
5.      Kuat semangat, yaitu memiliki semangat yang kuat dalam segala aspek kehidupan. Banyak belajar yang tergolong pandai, tetapi tidak mempunyai semangat belajar sehingga prestasi yang dicapai kurang baik. Sebaliknya, banyak ppelajar yang kepandaiannya pula pas-pasan, tetapi semagat belajarnya tinggi. Akhirnya, ia dapat memperoleh prestasi yang cukup baik. Oleh sebab itu , kuat semangat mutak diperlukan bagi siapa pun yang mencapai suatu cita-cita.
  1. Rasulullah Saw. Menyatakan ahwa mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt. Daripada mukmin yang lemah, setiap mukmin hendaknya berusaha menjadi mukmin yang kuat. Kekuatan yang yang dimiliki hendaknya dimanfaatkan untuk kebaikan, sesuai petunjuk islam
  2. Setiap mukmin hendaknya memiliki semangat yang kuat dan selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt. Dalam mencapai suatu cita-cita.[7]



[1] للاِمام ابى الحسين مسلم بن الحجاج القشيرىّ النّيسا بورىّ ,صحيح مسلم, الجزء ااثانى , (بيرات لبنان: دار الفكر,M9291)  h. 559
[2] M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, Penerjrmah Ma’ruf Abdul Jalil, Ahmad Junaidi, ( Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2010), h. 504
[3] المعجم المفهرس لأافاظ الحديث النبوىّ, الجزء الأول,h. 113
[4] http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2012/04/17/18685/mukmin-kuat-lebih-baik-dan-dicintai-allah/;#.UowjZqzQjIU
[5]Imam An-Nawawi, Terjemah Syarah Shahih Muslim, (Darus Sunnah Press, 2011), Jilid 11, h. 896
[7] T. Ibrahim, Darsono, Op.cit, h. 87-88

1 comment:

Anonymous said...

Terima kasih info nya