Thursday 29 December 2016

MAKALAH PERKEMBANGAN MANUSIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENURUT PSIKOLOGI DAN ISLAM


MAKALAH
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Perkembangan manusia memiliki pola umum yang dapat diterapkan pada manusia, meskipun terdapat perbedaan individual. Pola yang terjadi adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan lemah menuju keadaan yang kuat dan kemudian kembali melemah.
Perbedaan individual merupakan kehendak Allah dan ditentukan melalui pembawaan dan lingkungan. Alquran menyatakan bahwa Allah menciptakan dan membentuk manusia dalam rahim ibunya dengan cara dan bentuk yang berbeda dan unik seperti yang diinginkanNya:
Hai manusia, apakah yang memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (QS Al-Iifithaar 82:6-8). Dia yang membentuk kamu dalam Rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Imran 3:6)
           
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan manusia menurut pandangan psikologi dan agama Islam?
2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan  menurut pandangan psikologi dan agama Islam?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Manusia
1.      Perkembangan menurut pandangan psikologis
a)      Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari fungsi-fungsi. Perubahan sesuatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya suatu proses pertumbuhan materiil yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu, disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar. Maka akan salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai perubahan atau proses psikologis.[1]
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, perkembangan adalah perihal berkembang, mekar, terbuka membentang, menjadi besar, luas, banyak, dan sebagainya. Kata berkembang tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak dalam hal kualitas, seperti pikiran dan pengetahuan, namun juga bersifat konkret yang menunjukkan perkembangan positif.
Perkembangan menurut istilah adalah development, yang merupakan rangkaian yang bersifat progresif dan teratur dari fungsi jasmaniah dan ruhaniah sebagai sebab pengaruh kerja sama antara kematangan (maturation) dan pelajaran (learning).
Seorang ahli interaksionimisme, Piaget (1947), berpendapat bahwa perkembangan mementingkan perkembangan intelektual dan perkembangan moral yang saling berhubungan. Moral dipandang dengan intelektual anak. Perkembangan berjalan melalui stadium fan membawa anak dari tingkatan struktur yang lebih tinggi.
Perkembangan (development) adalah suatu proses tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Perkembangan melibatkan proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi-fungsi organ jasmaniah. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada pentyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpilkan bahwa perkembangan melibatkan aspek, yakni:
1)      Pengenalan
2)      Transmisi sosial, yaitu penanaman nilai-nilai melalui pendidikan, belajar, penyesuaian diri (adapptasi), serta bagaimana menghadapi realitas kehidupan.
3)      Kematanagn yang dilakukan oleh individu dalam setiap aktivitasnya.[2]
b)     Aspek yang Mengalami Perubahan dalam Perkembangan
Stabilitas dan perubahan juga terjadi pada berbagai ranah, atau dimensi diri. Dan ada 3 aspek perubahan yang saling terkait dan tak lepas dari perkembangan maupun pertumbuhan, diantaranya:
1      Aspek Fisik
            Segala yang dapat mempengaruhi domain perkembangan lainnya adalah pertumbuhan  tubuh dan otak, kapasitas sensoris, ketrampilan motorik, dan kesehatan merupakan bagian dari perkembangan fisik. Sebagai contoh, seorang anak yang sering mengalami infeksi  telinga akan lebih lambat mengembangkan kemampuan berbahasanya ketimbang anak yang sehat.
            Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran organ fisik eksternal (tangan, kaki, badan) yang makin membesar, memanjang, melebar, tinggi. Sedangkan perubahan internal ditandai dengan makin matangnya sistem syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompleks, sehingga mampu menaikan fungsi hormon, kelenjar maupun keterampilan motoriknya.[3]
2      Aspek Kognitif
            Perkembangan Kognitif adalah perubahan dan stabilitas dalam kemampuan mental, perhatian, ingatan, bahasa, pemikiran, logika, dan kreativitas. Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berpikir (thinking), memecahkan masalah (problem Solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelegence), bakat (aptittude).
            Optimalisasi perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh kematangan fisiologis, terutama pada bayi dan anak. Sehingga perkembangan kognitif makin baik dan koordinatif.
3       Aspek Psikososial
            Perkembangan psikososial adalah perubahan dan stabilitas dalam emosi, kepribadian, dan hubungan sosial. Perkembangan inilah yang dapat mempengaruhi fungsi fisik dan kognitif. Kecemasan menghadapi masalah misalnya, dapat berakibat pada penurunan prestasi. Dukungan sosial dapat menolong seseorang untuk menghadapi potensi efek negatif stres terhadap kesehatan fisik dan mental.
Walaupun telah dipilah-pilah perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial, akan tetapi seseorang akan lebih dari sekedar sekumpulan elemen-elemen yang terpisah satu dengan yang lain. Dan semua elemen tersebut akan memberi kontribusi besar pada kepercayaan diri, dapat mempengaruhi penerimaan sosial, pilihan kerja, dll.[4]
c)      Fase-Fase Perkembangan
Oswald Kroch menggunakan ciri-ciri psikologis yang dipandang terdapat pada anak-anak umumnya adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan  dalam bentuk sifat trotz atau sifat keras kepala. Atas dasar ini, ia membagi fase perkembangan mnjadi 3, yaitu :
(1)     Fase anak awal: umur 0-3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi trotz pertama yang di tandai dengan anak serba membantah atau menentang orang lain. Hal ini disebabkan mulai timbulnya kesadaran akan kemampuannya akan berkemauan sehingga ia ingin menguji kemauannya itu.
(2)      Fase keserasian sekolah : umur 3-13 tahun. Pada akhir masa ini timbul sifat trotz kedua, diman anak mulai serba membantah lagi, suka menentang kepada orang lain, terutama pada orang tuanya. Gejala ini sebenarnyamerupakan gejala yang biassa , sebagai akibat kesadaran fisiknya, sifat berfikir yang dirasa lebih maju dari pada orang lain, keyakinannya yang dianggapnya benar dan sebagainya tetapi yang dirasakan sebagai keguncangan.
(3)     Fase kematangan;umur 13-21 tahun,yaitu mulai setelah berakhirnya gejala gejala trotz kedu.Anak mulai menadari kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihannya ,yang dihadapi dengan sikap yang sewajarnya.Ia mulai dapat menghargai pendapat orang lain,dapat memberikan toleransi  terhadap keyakinan  orang  lain,karena menyadari  bahwa orang lainpun mempunya hak yang sama masa inilah yang merupakan masa bangkitnya atau terbentuknya kepribadian menuju  kemantapan.[5]
Fase-fase pekembangan yang  didasarkan pada gejala-gejala perubahan fisik anak atau didasarkan pada proses biologis tertentu di antaranya dikemukakan oleh:
1)      Aristoteles
Ia membagi fase perkembangan manusia sejak lahir sampai usia 21 tahun ke dalam tiga masa ,dimana setiap fase meliputi masa tujuh tahun yaitu;
a.       Fase anak kecil atau masa bermain (0-7) tahun,yang diakhiri dengan tanggal (pergantian) gigi.
b.      Fase anak sekolah atau masa belajar (7-14) tahun, yang dimulai dengan tumbuhnya gigi baru sampai timbulnya gejala berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin.
c.       Fase remaja (pubertas) atau masa peralihan dari anak menjadi dewasa (14-21) tahun,yang dimulai dari mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin sampai akan memasuki masa dewasa.
2)      Elizabet B.Hurlock
Elizabet membagi perkembngan individu berdasarkan konsep biologis atas lima fase,yaitu;
a.    Fase prenatal (sebelum lahir),mulai masa  konsepsi  sampai konsep kelahiran ,lebih kurang 280 hari.
b.    Fase infancy (orok),mulai  lahir sampai usia 14 hari
c.    Fase babyhood (bayi) ,mulai usia 2 minggu sampai usia 2 tahun
d.   Fase childhood (kanak-kanak) ,mulai usia 2 tahun sampai usia pubertas.
e.    Fase Adolescence (remaja), mulai usia 11 dan 13 tahun sampai usia 21 tahun , yang dibagi atas tiga masa ,yaitu:
1     Fase pre adolescence mulai usia 11-13 tahun untuk wanita,dan usia-usia setahun kemudian bagi pria.
2      Fase early adolescence mulai usia 13-14 tahun sampai 16-17 tahun
3      Fase late adolescence; masa-masa akhir dari perkembangn  seseorang  atau hampir bersamaan dengan masa ketika seseorang tengah menempuh perguruan tinggi.[6]
            Pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia, Santrok dan Yusen membaginya atas lima yaitu:
a.    Fase pra natal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran.
b.    Fase bayi adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan. Masa ini adalah masa yang sangat bergantung kepada orang tua.Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai misalnya;bahasa,koordinasi sensori motor dan sosialisasi.
c.    Fase kanak-kanak awal adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi  5 atau 6 tahun,kadang-kadang disebut masa pra sekolah.Selama  fase ini  mereka belajar melakukan sendiri  banyak hal dan berkembang  keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun dengan temannya.Memasuki kelas satu SD menandai berakhirnya  fase ini.
d.   Fase kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun,sama dengan masa usia sekeloh dasar.Anak-anak  menguasai keterampilan-keterampilan membaca,menulis dan menghitung.
e.    Fase remaja adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal,yang dimulai kira-kira umur 10 tahun sampai 12 tahun dan berakhir  kira-kiraumur 18-22 tahun.Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat cepat,perubahan perbandingan ukuran bagian badan ,berkembangnya karakteristik seksual  seperti membesarnya payudara,tumbuhnya rambut pada bagian tertentu  dan perubahan suara.Pada masa ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan pencarian identitas diri.Pemikirannya  lebih logis,abstrak dan idealis.[7]
Menurut Muhibbin Syah,  perkembangan  manusia berlangsung secara berurutan atau berkesinambungan melalui periode atau masa, yaitu:
a.    Periode Sebelum Kelahiran
Periode ini merupakan masa kehidupan individu dimulai dari masa konsepsi (pembuahan) hingga kelahiran,sikitar 9 bulan dalam kandungan.Periode ini merupakan saat pertumbuhan yang sangat luar biasa,dari satu sel tunggal (yang beratnya kira-kira 1/20 juta ons) menjadi organism yang sempurna dengan kemampuan otak dan tingkah lakunya.
b.     Periode Bayi
Periode bayi merupakan masa perkembanganya yang merentang  dari kelahiran hingga  18 atau 24 bulan.Masa ini ditandai dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1      Masa dasar pembentukan pola perilaku,sikap,ekspresi emosi.
2      Masa pertumbuhan dan perubahan  berjalan cepat,baik fisik maupun psikologis..
3      Masa kurangnya ketergantungan.
4      Masa meningkatnya individualitas.
5      Masa permualaan sosialisasai.
6      Masa permulaan berkembangnya penggolongan peran seks,seperti terkait dengan pakaian yang dipakainya.
7      Masa yang menarik baik bentuk fisik maupun perilakunya.
8      Masa permulan kreativitas.
9      Masa berbahaya,baik fisik (seperti kecelakaan)  atau psikologis (karena perlakuan yang buruk).
c.     Periode Awal Anak
Periode awal anak adalah periode perkembangan yang merentang dari akhir masa bayi hingga usia 5 atau 6 tahun;periode ini kadang-kadang disebut masa persekolahan.Selama masa ini,anak belajar untuk lebih menjadi mandiri dan memperhatikan dirinya.Mereka mengembangkan kesiapan sekolah (seperti mengikuti perintah,dan mengenal huruf) dan menghabiskan banyak waktunya untuk bermain dengan teman sebayanya.
d.    Periode Pertengahan dan Akhir Anak
Periode ini adalah masa perkembangan yang merentang  dari usia sekitar 6 hingga 10 atau 11 tahun.Anak masa ini sudah menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca,menulis,dan matematik.Yang terjadi tema sentral periode ini adalah prestasi (achievement )dan perkembangan pengendalian diri (self-control)


e.    Periode Remaja
Periode remaja adalah masa transisi antara masa anak dengan masa dewasa,terentang dari usia sekitar 12/13 tahun sampai usia 19/20 tahun yang ditandai dengan perubahan dalam aspk  biologis, kognitif, dan sosioemosional.Yang menjadi tugas kunci remaja adalah persiapan menghadapi masa dewasa.
f.      Periode Dewasa
Periode ini terdiri atas tiga masa yaitu awal,pertengahan,dan akhir dewasa dimulai dari usia sekitar 20 tahun hingga 30/35 tahunan.Masa ini merupakan saatnya individu membangun independensi (kemandirian) pribadi dan ekonomi,serta peningkatan perkembangan karier.Masa pertengahan dewasa dimulai sekitar usia 35 hingga 45 tahun,dan berakhir pada usia  55 dan 66 tahun.Periode ini merupakan saat pningkatan minat untuk menanam nilai-nilai kehidupan,dan meningkatkan perhatian terhadap tubuhnya sndiri.Semenatara akhir dewasa adalah terentang dari usia 60 atau 70 tahun sampai mati.Periode ini merupakan saat penyesuaian diri terhadap melemahnya kekuatan dan kesehatan fisik,masa pensiun,dan berkurangnya penghasilan.[8]
2.      Perkembangan Menurut Pandangan Islm
Psikologi perkembangan menurut Islam memiliki kesamaan objek studi dengan psikologi perkembangan pada umumnya, yaitu proses pertumbuhan dan perubahan manusia. Secara biologis pertumbuhan itu digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sesuai firmannya pada surat Al-Mu’min ayat 67 sebagai berikut:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُون (٦٧)
Artinya:
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.”
Dari penjelasan ayat diatas bahwa proses kejadian individu mengalami tahapan dan dinamika sejak dalam kandungan hingga lahir. Seorang individu tumbuh menjadi anak, remaja atau dewasa  yang mengarah pada proses pertumbuhan dan perkembangan.[9]
Fase-fase Perkembangan menurut Islam, yaitu:
periodesasi perkembangan individu secara garis besarnya dapat dibedakan atas  tiga fase,yaitu:
a.    Periode pra-konsepsi, yaitu perkembangan manusia  sebelum masa pembuahan sperma dan ovum .Meskipun pada periode ini wujud manusi belum berbentuk ,tetapi  perlu dikemukakan bahwa hal ini berkaitan dengan  bibit manusia ,yang akan mempengaruhi kualitas generasi  yang akan dilahirkan kelak.
b.    Periode pra-natal ,yaitu periode perkembangan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran.periode ini dibagi atas 4 fase, yaitu:
1 Fase nutfah(zigot),dimulai sejak pembuahan smapai 40 hari dalam kandungan.
2  Fase alaqah(embrio),selama 40 hari.
3  Fase mudhgah (janin),selama 40 hari.
Fase peniupan ruh ke dalam jasad janin dalam kandungan setelah genap berusia  4 bulan.
c.    Periode kelahiran  sampai meninggal dunia, yang terdiri atas beberapa fase,yaitu:
1 Fase neo-natus,mulai dari kelahiran sampai kira-kira minggu keempat.
2 Fase al-thilf(kanak-kanak),mulai dari usia 1 bulan sampai usia sekitar 7 tahun.
3Fase tamyiz,yaitu fase dimana anak mulai mampu membedakan yang baik dan yang buruk,yang benar dan yang salah.Fase ini dimulai sekitar  usia 7 -12 atau 13 tahun.
4      Fase baligh,fase dimana anak telah mencapai  usia muda ,yang ditandai dengan  mimpi bagi laki-laki dan haid bagi perempuan.
5  Fase kearifan dan kebajikan,yaitu dimana seseorang telah memiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional,moral,spiritual dan  agama secara mendalam.
6 Fase kematian,yaitu fase dimana nyawa telah hilang dari jasad manusia.Hilangnya nyawa menunjukkan pisahnya ruh  dan jasad manusia yang merupakan akhir dari kehidupan dunia.Fase kematian ini diawali dengan adanya naza’ yaitu awal pencabutan nyawa oleh malaikat Izrail.[10]
Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani membagi perkembanngan pendidikan anak dalam konsep Islam sebagai berikut:
a.    Bayi (at-thifl)
Yaitu usia bayi sejak lahir sampai dua minngu. Pada usia awal kelahiran ini manusia amat lemah dan tidak memiliki kemampuan apapun. Pendidikan anak pada masa ini yaitu orang tua menbacakan adzan di telinga kanan dan iqamah ditelinga kiri.
b.    Anak yang belum cukup usia (shobbi)
Yaitu usia sekitar 2 minggu samapi tujuh tahun. Fase ini hendaknya mulai diperkenalkan pendidikan misalnya dengan memeperlihatkan gambar-gambar serta amalan-amalan yang bersifat keagamaan.
c.    Aqil (mumayiz)
Dimulai sejak anak berusia 7-9 tahun. Dalam fase ini pendidikannya mulai menuntut ilmu yaitu belajar membaca, menulis dan berhitung.
d.   Awal Adolense (murahiq)
Dimulai pada usia 9-11 tahun. Fase ini mulai belajar menekuni yang paling disukai sesuai bakat dan mulai mengamalkan sapa yang sudah dipelajari terutama ajaran agama.
e.    Adolense (yafi’)
Dimulai sejak usia 11 tahun. Fase ini mempelajari ketrampilan fisik seperti berenang dan memanah serta menambah wawasan sosial, lingkungan dan ilmu pengetahuan.
f.       Mature (baligh)
Dimulai sejaka usia 17 tahun. Dalam fase ini anak-anak sudah dibebankan kewajiban (mukalaf), biasanya ditandai dengan mimpi basah untuk anak laki-laki dan haid untuk anak perempuan, sehingga anak harus menjalankan kewajiban sholat, puasa zakat, meninggalkan dosa dan lain sebagainya.[11]
B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
1.      Menurut Psikologi
Para ahli (ilmu jiwa, pendidikan, sosiologi, kriminologi dan lain-lain) banyak mempersoalkan mengenai hal-hal atau faktor-faktor yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan seseorang. Pada dasarnya ada dua faktor utama yang menjadi sorotan mereka, yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan. Mereka berbeda pendapat tentang fakor mana yang dominan pengaruhnya terhadap seseorang dalam perkembangannya.[12]
Dalam hal ini, pendapat  mereka tersebut dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
a.       Nativisme
Nativisme merupakan kata dasar dari bahasa latin, natus yang artinya lahir atau natives yang mempunyai arti kelahiran, pembawaan. Nativisme (nativism) merupakan sebuah doktrin yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Atrhur Schopenhauer (1788-1860), seorang  filosof Jerman. Aliran filsafat nativisme  konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan “kacamata hitam”. Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawannya.
Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang ditakdirkan demikian. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula anak itu kelak. Begitu pula pada masa kedewasaannya. Oleh karena itu, menurut aliran ini, pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya. Pendidikan, pengalaman atau segala pengaruh dari luar dianggap tak berdaya mengubah kekuatan-kekuatan yang dibawa sejak lahir atau pembawaan, dengan kata lain yakni tidak berpengaruh apa-apa. [13]
Teori ini menimbulkan pandangan bahwa seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah. Sehingga individu akan sangat tergantung pada sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya. Jadi, teori ini dalam pendidikan menimbulkan pandangan yang pesimistis.[14]
Asumsi yang mendasari aliran ini menurut Hurlock adalah pada diri anak dan orang tua terdapat kesamaan, baik fisik maupun psikis. Setiap manusia memiliki gen. Gen adalah butiran kecil yang terdapat di dalam sel-sel kelamin manusia yang dipindahkan dari orang tua atau nenek moyang kepada keturunannya dan merupakan sifat-sifat yang diwariskan. Sel-sel seks pria dan wanita adalah sama, dalam arti bahwa keduanya mengandung kromosom. Setiap sel seks yang matang mempunyai 23 kromosom. Tiap-tiap kromosom mengandung gen, yaitu pembawaan keturunan. Setiap kromosom mengandung sekitar 3000 gen. Gen-gen diturunkan dari orang tua kepada keturunannya.
Tokoh terkemuka aliran ini adalah Schopenhauer, Plato, Descartes, dan beberapa ahli kriminologi yang mendukungnya yaitu Lambroso, E. Ferri dann R. Garofalo.[15]
b.      Empirisme
Aliran empirisme merupakan kebalikan dari aliran nativisme. Para ahli yang mengikuti aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh factor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran ini menjadikan factor lingkungan dalam menentukan perkembangan seorang individu.
Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang baru lahir laksana kertas kosong (blank slate/black table) yang putih bersih atau semacam tabula rasa (tabula=meja, rasa=lilin), yaitu meja yang bertutup lapisan lilin. Kertas putih bersih dapat ditulis dengan tinta warna apa pun, dan warna tulisannya akan sama dengan warna tinta tersebut. Begitu halnya dengan meja berlilin, dapat dicat dengan warna-warni, sebelum ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan kertas putih yang bersih, sedangkan warna warna tinta, diumpamkan sebagai lingkungan (pendidikan) yang akan memberi pengaruh padanya, sudah pasti tidak mungkin tidak, pendidikan dapat memegang peranan penting dalam perkembangan anak, sedangkan bakat pembawaan bisa ditutup dengan serapat-rapatnya oleh pendidikan itu.
Teori tabula rasa ini diperkenalkan oleh John Locke untuk mengungkapkan pentingnya pengaruh pengalaman dan lingkungan hidup terhadap perkembangan anak. Ketika dilahirkan, seorang anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan. Orang tua menjadi tokoh penting yang mengatur rangsangan-rangsangan dalam mengisi “secarik kertas” yang bersih ini. Ini disebut juga dengan sosiologisme, karena sepenuhnya mementingkan atau menekan pengaruh dari luar.[16]
Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan. Segala sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan. Watak, sikap dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh  pendidikan. Pendidikan dipandang mempunyai pengaruh yang tidak terbatas.
Keburukan yang timbul dari pandangan ini adalah anak tidak diperlakukan sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menurut keinginan orang dewasa. Pribadi anak sering diabaikan dan kepentingannnya dilalaikan.[17]
Mereka tetap mengakui bahwa faktor bawaan sejak lahir setiap orang itu ada, tetapi pembawaan ini akan dapat ditutupi/ dilapisi oleh pengaruh lingkungan atau pendidikan sehingga hal-hal bawaan tadi tidak muncul. Oleh karenanya bagi mereka, lingkungan atau  usaha pendidikan itulah yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan seseorang menuju kedewasaannya. Malah bukan hanya perkembangan kejiwaan saja yang yang ditentukan oleh lingkungan, tetapi bagi mereka keadaan fisik (seperti bentuk tubuh, otot-otot dan lain-lain) banyak dibentuk oleh lingkungan dimana ia tinggal.
Tokoh aliran Empirisme ini adalah John Locke dan diperkuat oleh Sigaud dan Mac Aulife.[18]
c.       Konvergensi
Bisa dilihat dari teori nativisme dan empirisme merupakan teori-teori yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Nativisme sangat menitikberatkan pada keturunan atau pembawaan, sedangkan empirisme menitikberatkan pada lingkungan. Berhubungan dengan hal tersebut adanya usaha untuk menggabunggakan kedua teori ini menjadi teori konvergensi.
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan, termasuk pengalaman dan pendidikan (faktor eksogen).[19]
Aliran ini menggabungkan arti hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai pengaruh dalam perkembangan manusia.  Tokoh aliran ini Louis William Stern (1871), seorang filosof sekaligus psikolog Jerman. Dalam menetapkan factor yang mempengaruhi perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya. Factor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa factor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, factor pengalaman tanpa factor pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Di Indonesia sendiri, teori konvergensi inilah yang dapat diterima dan dijadikan pedoman seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara: “Tentang hubungan antara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya “konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duaya saling mempengaruhi, sehingga garis dasar keadaan itu selalu tarik-menarik dan akhirnya satu”.
Faktor bawaan dan lingkungan bekerja sama untuk menghasilkan kecerdasan temperamen, tinggi badan, berat badan, kecakapan membaca, dan sebaginya. Tanpa gen, tidak aka nada perkembangan, tanpa lingkungan tidak ada pula perkembangan karena pengaruh lingkungan tergantung pada karakteristik genetic bawaan, jadi dapat kita katakana bahwa factor-faktor di atas saling berinteraksi.[20]
2.      Menurut Pandangan Islam
Faktor heriditas boleh jadi menjadi salah satu faktor perkembangan. Hal ini diisyaratkan dalam hadits Nabi bahwa pemilihan jodoh itu harus dilihat dari empat segi, yaitu harta, keturunan, kecantikan dan agama. Nabi kemudian menganjurkan memilih agamanya agar kelak rumah tangganya menjadi bahagia dan selamat. Hadits ini menunjukkan penting faktor hereditas dalam perkembangan anak, sehingga jauh-jauh sebelumnya ia telah memilih garis keturunan yang baik, agar anaknya nanti memiliki bawaan yang baik pula.
Di dalam Alquran banyak ditemukan sosok yang memiliki perkembangan kehidupan yang sholeh di mana perkembangan itu dipengaruhi oleh faktor keturunan orang tua. Islam menganjurkan kepada  umatnya agar setiap manusia memiliki keturunan yang berkepribadian tangguh, baik, dan ahli beribadah, bukan keturunan yang lemah, sebagaimana firman Allah:

 Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".(QS. Ali Imran: 38)

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS.An-Nisa: 9)

Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim: 40)

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-Ahqaf: 15).
Perlu dicatat bahwa di dalam kebaikan garis keturunan itu ada juga yang menurunkan keturunan yang buruk, jahat dan zhalim, sebagaimana firman Allah:

Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (QS. Ash Shaffat: 113).
Jadi keturunan orang tua bukan satu-satunya faktor yang menentukan kepribadian individu. Baik buruknya kepribadian individu sangat pada faktor-faktor yang kompleks, seperti faktor lingkungan, potensi bawaan, keturunan, bahkan takdir Tuhan. Adanya taqdir atau sunnah Allah, manusia tidak mengetahuinya, manusia tetap disuruh berusaha dengan akal dan kemampuan yang telah diberikan Allah. Berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya sendiri maupun berusaha untuk memelihara dan membimbing anak/ keluarganya.
Dalam Islam mengakui pula adanya peran lingkungan dalam penentuan perkembangan. Pengakuan ini bukan berarti mengabaikan faktor keturunan dan perbedaan individu. Banyak ayat yang menjelaskan peran lingkungan. Misalnya seruan amar ma’ruf dan nahi mungkar, sebagaimana firman Allah:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah, orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104, begitu juga pada ayat 110, 114), belajar menuntut ilmu agama kemudian mendakwahkan orang lain sebagaimana firman Allah:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah: 122), seruan kepada orang tua agar memelihara keluarganya dari tingkah laku yang memasukkan ke dalam neraka, firman Allah:
  
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim:6), seruan melaksanakan shalat dan sabar, serta seruan melakukan tilawah, tazkiyah dan belajar kitab atau hikmah, firman Allah:
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.(QS. Thaha: 132).
Faktor penentu perkembangan manusia yang sangat ditonjolkan dalam Islam, yaitu faktor-faktor bawaan yang merupakan sunnah atau taqdir Allah untuk manusia. Misalnya bawaan memikul amanat, firman Allah:
 
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh, (QS. Al-Ahzab: 72), bawaan menjadi khalifah di muka bumi, firman Allah:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30), bawaan menjadi hamba Allah agar selalu beribadah kepadaNya, firman Allah:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Az-Zariyat:56), bawaan untuk mentauhidkan Allah Swt, firman Allah:
 
 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al-A’raf: 172). Dan juga faktor-faktor perbedaan individu, misalnya perbeadaan karunia yang diberikan, firman Allah:
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS. An-Nisa:32), perbedaan kemampuan dan status, firman Allah:
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. dan tunggulah azab (Tuhan), Sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu."(QS. Hud: 93).[21]



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Perkembangan (development) adalah suatu proses tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Stabilitas dan perubahan juga terjadi pada berbagai ranah, atau dimensi diri. Dan ada 3 aspek perubahan yang saling terkait dan tak lepas dari perkembangan maupun pertumbuhan, diantaranya aspek kognitif, aspek psikososial, aspek fisik.
Dalam pandangan psikologi, para hali berbeda mengenai fase perkembangan, tergantung sudut pandang para ahli, di antaranya ada yang membagi secara psikologi dalam hal emosi, biologis dan waktu yang dilalui manusia.
Perkembangan menurut Islam pada QS. Al-Mu’min ayat 67 menjelaskan Fase-fase Perkembangan menurut Islam, yaitu:bahwa proses kejadian individu mengalami tahapan dan dinamika sejak dalam kandungan hingga lahir. Seorang individu tumbuh menjadi anak, remaja atau dewasa  yang mengarah pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan individu secara garis besarnya dapat dibedakan atas  tiga fase,yaitu: periode pra-konsepsi, periode pra-natal, periode kelahiran sampai meninggal dunia.
Para ahli (ilmu jiwa, pendidikan, sosiologi, kriminologi dan lain-lain) banyak mempersoalkan mengenai hal-hal atau faktor-faktor yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan seseorang. Pada dasarnya ada dua faktor utama yang menjadi sorotan mereka, yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan.
Dalam Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu, (1) faktor hereditas (bawaan) sebagaimana firman Allah pada QS. Ali Imran: 38, QS.An-Nisa: 9, QS. Ibrahim: 40, QS. Al-Ahqaf: 15, (2) faktor lingkungan, sebagaimana firman Allah pada QS. Ali Imran: 104,110, 114,  QS. At-Taubah: 122, QS. At-Tahrim:6, QS. Thaha: 132, QS. Al-Ahzab: 72, QS. Al-Baqarah: 30, QS. Az-Zariyat:56, QS. Al-A’raf: 172, QS. An-Nisa:32, QS. Hud: 93



[1]Ahmad Mudzakkir & Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, h. 72.

[3]Diane E. Papalia, dkk, Human Development (Psikologi Perkembangan), (Jakarta: Kencana, 2008), , h. 10.
[4] Ibid
[5] Sumadi Surya Brata, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Rosda Karya). h. 56-67.
[6] Syamsu Yusuf & Nani M.Sugandhi, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:. Raja Grafindo, 2011)., h. 9-13.
[7] Mulyani Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 120.
[8] Muhibbin Syah, Psiokologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 13-21
[9]Muhammad Deni, http://muhammadden1.blogspot.co.id/2015/06/makalah-periodesasi-perkembangan-dalam.html, akses hari Selasa tanggal 27 Desember 2016
[10] Aliah B.Purwakania Hasan,  Psikologi Perkembangan Islam, (Jakarta:  Raja Grafindo Persada), h. 105-121.
[11] Popi Sopiatin dan sohari Sahrani, Psikologi Belajar Dalam Perspektif Belajar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 99-103
[12]Mubin, Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h. 33
[13] M. Nur Ghufron, Psikologi, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011),  h. 51-52.
[14] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1981), h. 44
[15] Mubin, Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, h. 33
[16] M. Nur Ghufron, Psikologi, h. 53-54
[18] Mubin, Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, h. 36
[19] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum,h. 45
[20] Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 56
[21] Mubin, Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan, h. 36

No comments: